Kamis, 31 Oktober 2013

Cahaya di Wajah Ummat

    Ditulis oleh KH. RAHMAT ABDULLAH
Dalam satu kesatuan amal jama’i ada orang yang mendapatkan nilai tinggi karena ia
betul-betul sesuai dengan tuntutan dan adab amal jama’i. Kejujuran, kesuburan,
kejernihan dan kehangatan ukhuwahnya betul-betul terasa. Keberadaannya
menggairahkan dan menenteramkan. Namun perlu diingat, walaupun telah bekerja
dalam jaringan amal jama’i, namun pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di
hadapan Allah SWT secara sendiri-sendiri.
Karenanya jangan ada kader yang mengandalkan kumpulan-kumpulan besar tanpa
beru-saha meningkatkan kualitas dirinya. Ingat suatu pesan Rasulullah SAW: Man
abtha-a bihi amaluhu lam yusri’ bihi nasabuhu (Siapa yang lamban beramal tidak
akan dipercepat oleh nasabnya ).
Makna tarbiah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terusmenerus
menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu
merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian
sunahnya. Sebab kalau mau, para sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan
wafat di Madinah, atau terus menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di masjidil
Haram yang nilainya sekian ra-tus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian
ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di
Ma’la. Tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu mil dari negeri
mereka.
Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan
firman-Nya: Wal takum minkum ummatuy yad’una ilal khoir. Atau dalam firman-
Nya: Kuntum khoiro ummati ukhrijat linnasi (Kamu adalah sebaik-baiknya ummat
yang di-tampilkan untuk ummat manusia. Qs. 3;110). Ummat yang terbaik bukan
untuk disem-bunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah
sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak
larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan
menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.
Jangan ada lagi kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan.
Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus
mempenga-ruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya
dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan,
kawasan cahaya, kawas-an ilmu, kawasan akhlak, kawasan taqwa, kawasan al-haq,
setelah kawasan-kawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan
jahiliyah, kezaliman, kebodohan dan hawa nafsu. 
dimanapun dia berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah
da’wah ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau
berjuta-juta orang.
Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi
ja-sadil ummah". Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di
tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk
mera-sakan eksistensi dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai
hamba Allah SWT, ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya
kepada Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat
orang. Kemana-pun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena
Allah senantiasa ber-samanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat
dan alam semesta senanti-asa.
Kehebatan Namrud bagi Nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian.
ALLAH bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar
yang dinya-lakan Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps
dengannya dalam menu-naikan tugas pengabdian kepada ALLAH. Alih-alih dari
menghanguskannya, justeru ma-lah menjadi "bardan wa salaman" (penyejuk dan
penyelamat). Karena itu, kader sejati yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa
membuka jalan bagi pejuang Da’wah sesuai dengan janji-Nya, In tansurullah
yansurukum wayu sabit akdamakum (Jika kamu meno-long Allah, Ia pasti akan
menolongmu dan mengokohkan langkah kamu)
Semoga para kader senantiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah
SWT ditengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin
sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri
sendiri. Masukkan diri kedalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat
Junud Da’wah melingkar dalam suatu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan
amunisi untuk terjun ke arena pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut
pengorbanan.
Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian
pelipur kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru.
Generasi yang siap memikul beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan baru
bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam
rahmatan lil alamin

Tidak ada komentar: