Selasa, 29 Oktober 2013

Mysterious Hairs

Jadi begini, karena ego saya sedang berkata 'gua mau bersantai malam ini!', maka saya memutuskan untuk membuat sebuah cerita anekdot *maunya. entahlah bagaimana nanti jadinya.

Baiklah, mari kita lewati saja prolog tidak penting ini. karena lebih cepat, lebih baik. lebih cepat selesainya, lebih cepat tidurnya. *lhaa? karena bagi saya, bersantai paling efektif adalah dengan: tidur. 
*terus ngapain pake nulis cerita segala???

 Aaah, entahlah. akupun tak tahu kenapa akhirnya jadi menulis begini *mulai semakin ngelantur, efek pikiran sedang tidak normal. hahaha, sudahlah saudara, mohon maklumi deretan tulisan tidak menyenangkan ini. Ini hanyalah sedikit cara penulis meluapkan isi hati ^^V

Cerita ini terjadi sekitar 9 tahun yang lalu, saat saya yang berusia 13 tahun sedang duduk di bangku kelas 1 SMP. Saat itu, muncul desas-desus yang tengah beredar di sekitar rumah saya. Sumber desas-desus itu tidak lain dan tidak bukan adalah dari tetangga sebelah rumah, tepat di sebelah rumah saya. Apakah kiranya sesuatu yang menghebohkan itu? *gaya penyiar silet di tipi, halaah.

Jadi, ibu tetangga sebelah rumah saya, mengaku di teror hantu. Si ibu yang saat itu sering sendirian di rumah (karena suami kerja sampai magrib, anak kuliah jadi nge-kost) belakangan ini sering menemukan sejumput rambut *bener gak yah nih bahasanya? di pojok kamar atau ruangan di rumah beliau. Nggak cuma sekali, tapi beberapa kali. Rambut itu panjang, berwarna hitam dan banyak. rambut-rambut itu ditemukan dengan kondisi tengah digulung dan di ikat rapi. 

Ah, jangan-jangan itu rambutnya siapa gitu, keluarganya atau siapa, elak saya waktu ibu saya bercerita. tapi ibu saya segera menolak mentah-mentah pemikiran saya tersebut.

"Itu kan rambutnya panjang, item dan tebal. mana ada yang rambutnya gitu di rumah itu? orang gak ada anak cewek. rambut bu 'X' juga udah ubanan" terang ibu saya.

Sayapun manggut-manggut. bener juga sih, pikir saya kemudian.

Setelah melakukan studi kasus dan mengumpulkan evidence base yang berserakan, akhirnya beberapa warga di sekitar rumah menarik sebuah hipotesis bahwa, rambut itu adalah milik hantu wanita yang mendiami lorong kosong yang ada diantara rumah saya dan rumah tetangga saya tersebut.

Ngomong-ngomong soal lorong, lorong itu memang *kata orang-orang sekitar rumah, terkenal angker. Banyak cerita yang beredar tentang kisah-kisah hantu disana. Padahal keluarga saya, yang notabene tinggal disampingnya gak pernah menjumpai keanehan apa-apa, meskipun waktu kecil saya penakut pake banget. Ya..,sekali lagi, hipotesis  tersebut pun tak jelas dasar penegakannya. hahaha.

Beberapa hari berlalu sejak pelaporan ibu tetangga, desas-desus itu bukannya semakin menghilang, justru semakin ramai diperbincangkan.Pasalnya, seorang teman bapak saya, yang suatu malam menginap di rumah mengaku melihat penampakan. Beliau bercerita,

"Malam itu saat tidur, ada pemadaman listrik saat tengah malam. Saya yang tidak bisa tidur dalam kegelapan tiba-tiba terbangun.  Meski terbangun posisi saya tidak berubah. Hanya berbaring dengan mata terbuka. Nah, saat itulah saya melihat ada asap masuk dari lubang ventilasi. Asap itu kemudian menjelma menjadi sosok wanita berambut sangat panjang yang memakai kain batik tradisional, pakaian tradisional jawa. Saya kaget, sosok itu berjalan pelan masuk ke ruangan. Tapi sosok hantu itu hanya sekejab terlihat kemudian menghilang, tepat saat listrik menyala kembali" terangnya.

Kami yang mendengarnya dibuat semakin yakin dengan hipotesa yang beredar. Ternyata rambut itu memang milik si hantu wanita yang berambut panjang.

Kasian tuh hantu, mungkin shampoonya gak cocok, makanya rambutnya rontoh,hehe #plak!

Saat itu saya dibuat sedikit bimbang. Mau gak percaya tapi kok yah banyak bukti dan saksi, mau percaya tapi kok yah gimana gitu (jaman jahiliyah belum kuat iman).

Hah, sudahlah. yang penting gak ganggu hidup saya dan keluarga, batin saya. 
Kalau ganggu gimana? yaa lari ke ibu. hahaha 
*maklum masih imut-imut.

Namun tak lama, kejadian itupun terjadi. Saya ingat saat itu tengah hari. Di hari yang cukup terik saat saya pulang dari sekolah. Dengan langkah gontai karena lelah saya memarkir sepeda phoenix biru kesayangan sekenanya di samping rumah dan bersegera berhambur menuju kamar tercinta.

Begitu kaki telah menginjak kamar, setelah meletakkan tas dan kawan-kawannya di tempatnya (pinter kan? resiko diomeli ibu kalo nggak dijalanin), saya berhambur menuju jendela, berniat membukanya dan segera mempersilahkan masuk angin segar yang juga tak sabar untuk mengisi kamar saya. 
Namun saudara-saudara, tahukah anda? sesuatu yang tak dinginkan terjadi eh, maksudnya ditemukan. Saya melihat sejumput rambut bertengger damai di pojok jendela kamar saya. Kontan saya segera melompat mundur. 

Masih tidak percaya dengan apa yang saya lihat, saya pun perlahan mendekat kembali dengan takut-takut. 

ternyata beneran rambut. warna item, hiiiii~
gimana nih... gimanaaaa???, mulai panik sendirian. apa yang harus dilakukan?

Apa dibuang aja? serem ngeliatnya bertengger terus dikamar. tapi kalau kualat gimana*
*kok iso? 

Ditengah kepanikan dan kelelahan yang memuncak, karena tak seorangpun saya dapati ada di dalam rumah kala itu, saya pun memutuskan untuk mengambilnya dan membuangnya. Dengan takut-takut saya kembali mendekat. 
Bismillah~ semoga rambut-rambut itu muat dengan 1 kali genggaman tangan kecil saya. Dan alhamdulillah ternyata muat. Ternyata gak sebanyak yang digosipkan jumlahnya. Dengan berlari secepat mungkin saya membawanya. Pingin cepet-cepet sampai tempat sampah depan. Rasanya seperti memegang bola api, gak tahan pingin segera melepas 
*alay tingkat tinggi

Setelah berhasil membuangnya, saya kembali ke kamar. Terduduk sambil bengong. Masih nggak percaya dengan yang barusan saya alami. Saat bengong itulah kakak saya datang lengkap dengan cilok kesukaannya di genggaman.

"Kenapa kok pucet gitu?" tanyanya tanpa rasa berdosa. 

Sayapun dengan meledak-ledak menceritakan penemuan saya barusan. Kontan kakak saya meletakkan cilok kesukaannya dari genggaman ke meja, pertanda ia mengganggap masalah ini adalah masalah yang serius.

"Terus kamu taruh mana rambutnya?" tanyanya.

"Ya di buanglah. di koleksi juga gak indah dan gak lucu" jawab saya dengan raut muka tetap ketakutan.

"Ok, tunggu bentar" kata kakak saya sambil berlalu.

Nampaknya kakak saya sedang mencetuskan suatu ide untuk menyelesaikan masalah ini. Saya pun menurut dan menunggu dengan kepanikan yang sama di kamar. Tak lama kemudian kakak saya datang lagi dengan seorang tetangga saya, mas-mas gitu. dan kakak saya menunjukkan tempat kejadian perkaranya. 

*kalau dipikir-pikir sekarang, ngapain juga manggil tuh mas-mas, gak ada solusinya juga. ck...ck..ck...

"Ooh....,, terus rambutnya kemana? kamu buang?" tanya sang mas-mas

saya mengangguk.

"Wah,, sayang banget. itu bisa jadi jimat lho" jawab masnya lagi.

Apppwaaa....???? jadi ini solusi yang mas tawarkan. 
Buat apaan melihara barang nyeremin dan gak jelas gitu?,  batin saya 

Ditengah kebingungan kami tersebut datanglah sosok ketiga. Ibu saya.

Wah, ini ibu pasti ikutan heboh, tebak saya

"Apa? Diah nemu rambut? dimana...dimana??" katanya jadi ikutan panik. Sesuai perkiraan, batin saya

"Disini buk, nih... disini" jawab kakak saya yang semakin membuat heboh keadaan dengan responnya yang...taking it so seriously.

Setelah ditunjukkan lokasi tempat penemuan rambut, raut muka ibu sedikit berubah. 

"oooh... disitu, hahahaha itu rambut ibu. Tadi abis potong poni terus lupa buang rambutnya, hahaha" katanya sembari berlalu meninggalkan kami semua yang membatu.

Keheningan sesaat tercipta. Tak ada yang berkata-kata, baik mas tetangga, kakak saya, terlebih saya. Sedetik kemudian mas tetangga segera beranjak pergi, mbak saya mengambil ciloknya kembali, keluar seolah kehebohan ini tak pernah terjadi. Tinggal saya sendiri dikamar, kembali terduduk dan terbongong.

Oh, my..... ibu...ibu.... ngapain pake potong poni segala sih, ngapain juga motong poninya di kamar saya, dan ngapain pake naruh poni di jendela, pojok lagi.

Setelah dipikir-pikir, perawakan rambut yang saya temukan memang sedikit berbeda dari yang diceritakan. Rambut itu sedikit jumlahnya dan gak panjang. Yaa.... kalo dilihat-lihat memang seperti poni. #TepokJidat

Ya begitulah saudara, akhir kisah ini, entah jadinya lucu atau garing, semoga dapat mengisi sedikit waktu di suatu hari. 

*tapi gak ada manfaatnya baca ginian,haha

Tapi seandainya mau mencari hikmah, sesungguhnya cerita inipun ada hikmahnya:

Jangan memotong poni di sembarang tempat, dan buanglah poni pada tempatnya agar tidak terjadi prasangka-prasangka yang menyebabkan timbul dosa (syirik,dll maksudnya).

*based on true story of the author 

Malang,  di malam yang sunyi , saat yang lain tengah belajar UTS.
kangen rumah, kangen ibu yang lucu.
Love you ibu :)

Tidak ada komentar: