Kamis, 27 Juni 2013

Sesibuk Apakah Kita?

by Dwi Budiyanto
Acapkali kita tinggalkan medan dakwah dengan alasan sibuk. Ringan betul untuk mengucapkan kata “sibuk”. Seakan-akan jalan dakwah hanya ditempuhi oleh para penganggur yang kurang kerjaan. Sementara mereka yang merasa sibuk dapat berdalih untuk meninggalkannya.
Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam “Fi Zhilal al-Sirah an-Nabawiyah Ghazwatul Badr al Kubra wa Ghazwatul Uhud” menuturkan bahwa Rasulullah telah memimpin 27 ghazwah (peperangan) dan memberangkatkan sekitar 38 sariyah serta ekspedisi. Nabi mengatur dan mengendalikan hal tersebut dalam kurun waktu yang sangat singkat dalam, yaitu sepuluh tahun. Pendapat ini sesuai dengan Ibnu Hisyam di dalam Sirah-nya. Itu artinya, dalam setahun Rasulullah terlibat dalam dua sampai tiga kali pertempuran.

Mari kita bayangkan betapa sibuknya Rasulullah mengatur semua itu. Berapa lama waktu yang digunakan untuk konsolidasi, mobilisasi, latihan, perjalanan, dan semua agenda yang menyertai pertempuran?

Mari kita bayangkan betapa capek dan lelahnya Sang Rasul beserta para sahabat menempuhi hari-hari penuh perjuangan. Sekali lagi, mari kita bayangkan bagaimana kesibukan itu ditunaikan tanpa keluhan. Dalam situasi demikian, Rasulullah masih berkesempatan mengajar para sahabat, menerima tamu, menyimak keluhan dan konsultasi, membersamai istri-istri beliau, bahkan juga bermain akrab dengan anak-anak. Tak ada satupun kewajiban yang ditanggalkan. Tak ada satupun hak orang lain dilalaikan.

Malu rasanya diri ini ketika meninggalkan amal kebaikan dengan alasan sibuk. Seakan-akan kita jauh lebih sibuk daripada Rasulullah. Seakan-akan beban yang harus ditanggungkan melebihi beban Rasulullah.

Kita lupa Rasulullah saw pernah menasihatkan bahwa sebaik-baik orang ialah yang sibuk dalam berkebajikan dalam rentang waktu umur diberikan. Inilah yang terpelajari ketika seorang laki-laki datang menemui Sang Nabi dan bertanya,
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?” 

Rasulullah menjawab, “Ialah yang panjang umurnya, baik pula amalnya.”

Lelaki itu kembali bertanya, “Lalu siapakah lelaki yang paling buruk?”

Dan Rasulullah pun kembali menjawab, “Ialah yang berpanjang umurnya dan buruk amalnya.”
(H.r. Imam Ahmad). Inilah yang terpahami bahwa berlelah-lelah bersebab sibuk dalam kebaikan jauh lebih utama daripada segar bugar dalam kelalaian.
Menelisik ke dalam diri, adakah kesibukan telah dijadikan alasan untuk bermalas-malas dan semakin menjauh dari aktivitas kebaikan? Pasalnya, bukan karena banyaknya kesibukan kita menjadi lemah dan rapuh. Kadangkala, bersebab jiwa kita yang melemah dan merapuhlah maka seseorang teramat lihai menyusun 1000 macam alasan yang terasa menyibukkan.

Bagaimana saya akan aktif dalam dakwah sementara tugas-tugas kuliah tumpuk-menumpuk? Bagaimana saya akan aktif di forum-forum pembinaan sementara waktu saya telah tersita di tempat kerja? Rasanya amat berat bagi saya untuk mengampu binaan, kesibukan menjalin relasi bisnis menjadikan saya khawatir tidak amanah. Orientasi yang memudar, motivasi yang melemah, semangat yang mengendur, biasanya, bermula dari jiwa kita yang tak terjaga dengan baik.

Teringat nasihat Dr. Sayyid Muhammad Nuh, “Seorang dai harus memenuhi semua relung jiwanya dengan dakwah. Ia tidak berdiri, duduk, bergerak, atau berhenti, berbicara atau diam kecuali dalam kerangka dakwah.”

Sungguh bersibuk-sibuk dalam kebaikan akan meluruhkan seluruh lelah di badan. Bersuntuk-suntuk dalam perlombaan duniawi tanpa kejelasan orientasi ukhrawi hanya menjadikan sesak di hati. Tak ada yang perlu disesalkan dari kesibukan kita dalam dakwah. Bukankah itu tabiat jalan yang mesti kita tunaikan. Begitulah yang dilakoni para nabi. Nuh ‘alaihissalam misalnya, tak lelah berdakwah sepanjang malam dan siang (Q.s. Nuh [71]: 5), meski perujung pada penolakan demi penolakan. Orang-orang salih selalu sibuk dalam kebaikan. Bagaimana halnya dengan kita? Semoga tetap berkebajikan dan tidak merasa seakan lebih sibuk daripada Rasulullah.

http://www.pkspiyungan.org/2013/06/sesibuk-apakah-kita.html

Rabu, 19 Juni 2013

Sambut Maba 2013


Rohis Menyambut Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya 2013. Selamat datang di kampus tercinta mari bersama mendulang cita :D
#RohisItuKeren

Ini jajaran ketua umum-ketua umum Rohis kampus dan Fakultas periode 2013 :)



Jumat, 14 Juni 2013

Duhai saudaraku



Duhai saudaraku, mari saling menjaga dengan doa,
sebab tangan tak selalu sanggup berjabat,
sebab waktu tak selalu sepakat untuk kita bertatap dan  berpeluk erat.
maka biarkanlah doa ini yang jadi perisai tuk lindungimu
karena sebaik-baik perlindungan adalah dariNya,
maka biarkanlah doa ini yang jadi matahari dalam mendung jiwamu,
karena sebaik-baik pelipur lara adalah Ia

Duhai saudaraku, ku titipkan penjagaanku untukmu lewat doaku
semoga Rabb kita senantiasa menguatkanmu, karena aku tahu tak mudah urusan seorang dirimu
namun ingatlah, tak ada beban tanpa pundak, tak ada kesulitan tanpa disertai kemudahan
tangismu hari ini mungkin kan jadi senyuman manis di kemudian hari
jangan berkecil hati

Duhai saudaraku,
jagalah selalu senyum di wajah, wujud syukur sederhanamu padaNya,
tetap melangkahlah dan rebut takdirmu,
namun saat penat mulai menjangkiti jiwa, ingatlah 
genggaman tangan dan senyuman kan siap mendorongmu kembali melangkah
meski tak selalu dapat menghapus masalah,
tapi semoga dapat kembali kuatkan jiwa

Duhai saudaraku,
pendakian ini terjal, jalannya penuh bebatuan 
nafas tersengal, bilur luka pun kerap hiasa badan
maka yang jatuh dan berhenti tak perlu dicaci, karena memang sedikit yang tahan untuk tersakiti.
hanya yang jernih nurani dan ikhlas hati yang kan terus mendaki
hingga nanti sampai di puncak hakiki
duhai saudaraku, semoga itu kita nanti


Kamis, 13 Juni 2013

Lewat Tulisan


membaca tulisan seseorang, rasanya seperti kembali belajar mengenali pribadinya, yang mungkin dari percakapan biasa di dunia nyata tak dapat terungkap dan tak kita pahami. 

yah, menyenangkan membaca tulisan, membuat semakin memahami jalan pikiran mereka dan semakin menyadari betapa luar biasanya mereka. 

membaca tulisan mereka kadang membuat semangat kembali terpompa, 
membaca tulisan mereka kadang membuat diri kembali berkaca,
wahai diri,, masihkah kau anggap kerjamu telah nampak nyata?

Membaca tulisan itu memang menyenangkan,
dan bagiku, menulis juga lebih menyenangkan :D

Rabu, 12 Juni 2013

Apa kabar Diriku...?

Apa kabar diriku?
hari ini aku ingin bertanya tentang aku. aku bertanya pada diriku, tentang apa yang telah aku lakukan, apa yang akan kulakukan dan apa yang belum aku lakukan. Maka aku mengerti betapa tidak sederhana urusan seorang diriku. Bila hari ini aku bertanya tentang apa yang kulakukan, aku akan mendapati ternyata keburukanku lebih banyak daripada kebaikanku. Bila aku bertanya tentang apa yang belum kulakukan, hal itu nyaris sebanding dengan yang sebenarnya bisa aku lakukan, bisa ku kontribusikan, tapi belum aku melakukannya.
Namun bila aku bertanya tentang apa yang ingin kulakukan, itu nyaris sebanding dengan gabungan antara harapan dan khayalan. kadang aku merasa seperti sedang berharap, tapi aku menyadari bahwa aku sedang mengkhayal. tapi tidak jarang aku merasa seperti sedang mengkhayal, ternyata Allah mengubah menjadi sebuah harapan yang nyata.
Hidup memang penuh tanda tanya. namun perlahan aku mengerti tanda tanya dan kepastian itu ternyata memberi seorang mukmin ruang kebergantungan yang sangat tinggi kepada Allah, dan disitu ternyata ada ketenangan yang luar biasa.

wahai diri, bersemangatlah.....



salamic.wordpress.com_koleksi taujih 
dari blog saudari yang saya cintai karena Allah http://sketsalbanna.wordpress.com/

Yang menolong agama Allah pasti di tolong Allah :D

Sebenernya apa sih yang menjamin keberhasilan suatu usaha? 

ya Allah lah... kan kalau Allah gak ridho, gak merestui kita untuk memperoleh suatu keberhasilan kita gak akan pernah berhasil, gimanapun usaha kita.

Ya, mungkin seperti itu teorinya. banyak yang setujui dengan kalimat-kalimat diatas. tapi ketika aplikasi dari kalimat diatas yang ditanyakan. sudahkah semua bener-bener merealisasikannya? some people may say yes, and some people will say no, probably. mengapa? mungkin karena belum semua yakin sepenuhnya atas janjiNya ini.

Misalkan, besok kita akan menghadapi ujian, dan masih banyak materi-materi pelajaran yang belum kita review ulang. terus tiba-tiba, ada seorang teman yang terkena musibah, dompetnya hilang, dia minta tolong kepada kita untuk mengantarkannya ke kantor polisi. setelah itu datang teman kita yang lain yang juga meminta bantuan kita untuk mempersiapkan bakti sosialnya nanti sore, karena rupanya teman-teman yang lain sedang ada agenda dan di luar kota, maka tinggallah 2 panitia saja yang tersisa. nah, pertanyaannya maukah kita membantu mereka?

Dalam kondisi diatas sangat mungkin dan wajar jika kita menjawab 2 permintaan teman kita itu dengan jawaban 'maaf tidak bisa, besok saya ujian, dan saya butuh banyak waktu untuk mempersiapkannya'. toh memang itulah tugas wajib kita (pribadi). ya, memang sangat wajar. rasionalisasi kita adalah, 'jika kita terlalu sibuk kegiatan-kegiatan di luar, maka waktu belajar semakin sedikit, persiapan kurang, dan kemungkinan untuk sukses ujian semakin kecil'. tapi pernah terpikirkankah kalau mungkin 'request-request' teman kita itu adalah jalan Allah untuk kita agar pantas meraih kesuksesan? mungkin dari usaha belajar kita yang kurang maksimal, atau otak kita yang pas-pasan (ups!,hehe...misal...misal...) ini kurang berimbang jika dibanding permintaan padaNya yang sebenernya diluar kapasitas kita, sehingga Allah memberi jalan lain untuk menebus ketidak seimbangan ini dengan amal kita.

Seperti saat kita berdoa meminta surga kepadaNya, namun kenyataannya sholat, puasa, zakat, dan tilawah kita kuantitasnya belum mampu untuk membeli surganya (bahasa gaulnya : saldo kita nggak cukup) maka kita berusaha mencari sumber 'dana pahala' lain yang bisa meningkatkan jumlah saldo kita, yaitu dengan cara 'berbuat kebaikan pada sesama', dengan saling menebar kebaikan, menolong sesama yang membutuhkan, meringankan kesulitan mereka, maka Allah akan menambah saldo pahala kita sehingga mencukupilah saldo ini untuk membeli surgaNya.

Jika kembali pada kasus ujian diatas, apakah ada jaminan semakin banyak waktu belajar yang dihabiskan akan semakin besar kemungkinan untuk sukses ujian? TIDAK. kuncinya adalah bukan dari lama atau tidaknya waktu belajar, tapi dari efektif tidaknya cara belajar kita,

jika saat ini kita memilih mengurung diri di kamar untuk belajar seharian namun kita tak pernah menyentuh pelajaran itu sebelumnya, apakah semua belajar yang kita pelajari akan 'nyangkut' semua ke otak kita?
ataukah memilih menyempatkan menolong yang membutuhkan meski waktu belajar terpotong, namun di sisa waktu itu bener-bener efektif karena tinggal mengulang atau mereview saja, karena sebelumnya kita sudah rutin mencicil belajar?
(pliiiis.... ya jelas milih yang kedua lah....hahahaha)

hehe, sebenernya sih yang ingin saya sampaikan, cara Allah menolong tiap hambaNya itu ada berbagai cara, tak semua sesuai dengan jalan berpikir kita, karena memang ikhtiar dan amal diri adalah ibadah padaNya, sementara hasilnya adalah kejutan dariNya. saat kita mengamalkan sesuatu untukNya percayalah bahwa ia sedang menyaksikan kita dan Ia telah menyiapkan sebaik-baik balasan.

Jadi sudah saatnya merubah pola pikir kita. bukan kita menolak berbuat kebaikan karena akan mengganggu belajar dan menghalangi kesuksesan kita, tapi saatnya berpikir bahwa, ketika kesempatan 'berkebaikan' itu menghampiri, meski disaat yang genting, sesungguhnya inilah salah satu cara Allah mengangkat kualitas kita agar pantas mendulang sukses dijalanNya. bukan karena dakwah prestasi kita jadi menurun, justru karena dakwah inilah Allah akan menolong dn meneguhkan prestasi kita, seperti janjiNya di dalam Al-Qur'an surat Muhammad diatas. tentunya usaha dan ikhtiar tetap dijaga.

'Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan' (QS. An-Nahl:97)




Jumat, 07 Juni 2013

Shocking Morning

This morning was really a 'great morning'!!
Semua berawal dari kemarin petang, ketika saya mulai mengerjakan tugas. ya,, as expected, the deadline for finishing the task is this morning, hehe. and i was starting doing that on yesterday night. yeah, that's crazy actually! karena paginya sebenernya tak hanya menyerahkan tugas saja yang harus saya lakukan, tapi juga harus mempresentasikan tugas saya! di depan CI, Supervisi, dan dokter yang menangani pasien saya tersebut. 

Laporan belum fix, ngeprint juga belum plus jilidnya juga. untuk powerpointnya? jangan ditanya...sudah jelas......BELUM TERJAMAH SAMA SEKALI (-___-")

oh my..., i can't understand what is actually on my mind,, 

Kenapa gak dulu-dulu lu kerjain di......,, kalo kaya gini yang bayar konsekuensinya siapa???!!!
hah, sudahlah, tak baik menyesali yang sudah terjadi, just focus on what  you can do for now!, batin saya

Oke, bersiaplah begadang malam ini, tekat saya.
Dan begitulah malam yang sunyi pun berlalu dengan sesekali terdengar suara cetak-cetuk keyboard si 'kokom', my lovely laptop yang setia setiap saat asal ada colokan listrik.

'Alhamdulillah...laporan udah fix', kata saya sembari ngelirik jam. jam 21.30, tinggal ngeprint, bikin ppt, udah! (itu mah gak tinggal!! masih seabrek namanya -_-") 

Alhamdulillah juga si printer gak rewel, pekerjaan ngeprint pun lancar jaya tanpa hambatan, hanya ternyata jumlah kertasnya kurang, masih harus nyetak satu copy-an lagi. gak papa di,, besok berangkat pagi ke fotocopian, sekalian jilid, tenang... stay cool (ngadem-ngademin diri sendiri) berikutnya tinggal ppt, bismillah semoga kuat!. Tekat sudah bulat

Tapi ternyata mata dan tubuh gak bisa diajak kompromi, niat begadang saya runtuh tatkala jam menunjukkan jam 01.00 malam. antara sadar dan gak sadar saya mulai merangkak ke kamar, tarik selimut dan menghilang dari peradaban. sempat panik? Iya pagi pas bangun, tapi masih ada waktu sekitar satu jam untuk menyelesaikannya,... ayooo lanjutkan perjuangan!!

Akhirnya jam 06.15 PPT telah selesai, saatnya siap-siap, insyaaAllah masih sempet... (ngadem-ngademin hati lagi). namun kejadian yang tak terduga terjadi. ada 'tamu tak diundang' di kamar mandi. sesosok makhluk hitam kecil yang basah kuyup, terjebak di lubang pembuangan air kamar mandi kami. ~ ~ \(!!˚˚)/ hiyaaa~

Entah darimana munculnya makhluk itu, kemungkinan dari atap turun ke hati, eh salah, turun kebawah  (‾-‾"). waduuh, tak berani lah saya mendekat kesana (gak mandi-mandi jadinya...., teriak dalam hati). minta tolong tetangga, tetangga juga gak berani. #mulai kalang kabut. Untunglah kemudian muncul pahlawan, Bedy datang dengan peralatan seadanya untuk mengevakuasinya. #duh maaf ya dek, untuk yang satu ini beneran gak bisa bantuin apa-apa selain turut mendoakan.

Alright, masalah tikus kelar, namun jam sudah menunjukkan pukul 06.45 #oh no...!!!. tanpa banyak cincong segera siap-siap, jam 8 presentasinya dimulai dan saya belum jilid dan fotocopy!! jam 7 saya sudah siap berangkat tinggal ngambil motor ke gang sebelah (minjem ceritanya), namun lagi-lagi..... hal tidak terduga terjadi. terjadi miskom dan motornya ternyata udah dipake orang 

(_) rasanya seperti.....pengen naik ke lantai tiga terus pinjem jubahnya superman dan swiiing~ terbang, nyampe dah ke Rumah Sakit.

Penyakit 'galau' pun mulai menjangkiti saya, di tengah kebingungan nyari-nyari tebengan dan motor, tiba-tiba saya teringat seorang kawan yang nampaknya bisa membantu, 

dan begitulah, atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur dan kebaikan hati teman (pastinya, makasih Hyuuun), saya  sampai di RS, gak berani ngelirik jam, tapi harus dilirik juga. #clegukk, jam 7.50 langsung berhampur ke mas-mas fotocopyan deket RS,

 "mas ini fotocopy 2 kali, yang ini 7 kali, trus dijilid. oke? saya tinggal dulu ya!!"  kata saya sambil berlalu.

ketemu temen-temen dulu deh, bantu-bantu persiapan  #maksud hati, tapi ternyata semua udah siap. tinggal nunggu 'sang tamu agung' hehe. beberapa temen cuma geleng-geleng melihat tingkah saya, maklum,, this morning i really looked chaotic. 
untungnya di tengah kesulitan-kesulitan ini, dokter saya begitu kooperatif

 'tunggu sebentar ya dek, sudah siap ruangannya?

`ʃƪ) huhuhu... meanwhile the other doctor was really difficult to make an appointment, this doctor was willingly took his time for us, balesnya cepet lagi smsnya. sedikit pelipur lara di pagi yang kacau ini.

Akhirnya, pukul 08.45 (molor ceritanya, ada untungnya juga sih) kami telah siap memulai presentasi, karena berbagai pertimbangan (terutama melihat begitu kacaunya kondisi saya), saya ditaruh diurutan terakhir. (‾-‾“)

sembari mendengar presentasi teman, saya berusaha menjernihkan pikiran, oke, badai sudah berlalu, sekarang fokus baca laporan, berusaha tampilkan yang terbaik.

Namun tiba-tiba temen saya menghampiri, 
'eh, CI (ahli gizi di RS yang jadi supervisor kami) kamu mana? kok gak datang?' tanyanya.

*clingak clinguk

'iya, belum datang kali,' timpal saya santai.

'kemarin udah kamu kasih tau kan kalo pagi ini kamu presentasi' selidik teman saya.


(!!˚˚) #deng...dong....!!!
 'ha...harus di kasih tau dulu? bukannya udah tau sendiri ya??' tanya saya, tak perlu menunggu jawaban teman, saya sudah tahu, bahwa saya lah yang oon.... #huwaaaa~ diaaaah, kenapa gak inget sama sekali!!!

'aku dengar CI-mu hari masuk siang lho,' tambah teman saya

(!!˚˚)...... ternyata badai belum berlalu, badai masih berlangsung tepatnya

'trus gimana dong....', tanya saya penuh kepasrahan

'ya... gimana ya, kalo gak ada CI entar penilaian dari CI-mu kosong' jawab temen saya, setengah prihatin.

*speechless, terduduk pasrah

what should i do now, dokternya udah datang, dosen juga, ppt siap, laporan udah, tapi CI.........

'coba hubungi ajah..' saran teman saya.

saya hanya terdiam, suasana tiba-tiba hening, seolah hanya saya orang dalam ruangan itu.

- apa salah saya ya,

*ya semua salah, dari awalnya udah salah, gak mempersiapkan dari awal kalo banyak kejadian aneh gini harusnya gak terjadi kalo dipersiapkan dari awal

- iya emang (_) i know it very well, tapi seperti ada juga kesalahan-kesalahan lainnya. mungkin ini juga karena kemaksiatan-kemaksiatan yang saya lakukan.

* mungkin ini juga cara Allah buat menegur kamu, tuh! gak selalu kamu itu beruntung, meski nelat-nelat, mepet-mepet tapi selalu bisa mengatasi, gimanapun juga ketidakteraturan memang rawan menimbulkan kekurangan-kekurangan.

- yah, maybe these are the answer,,

Ditengah presentasi teman dan kepasrahan terdalam, saya mulai melakukan introspeksi diri. ya,, mungkin ini cara Allah menegur saya, karena mungkin sekedar perkataan gak cukup berefek. Allah menunjukkan langsung akibatnya, biar saya merasakan dengan sendirinya akibat dari 'too much wasting the time' atau 'can't take the time efficiently' itu seperti apa.

Dan lagi saya menyadari, dalam ikhtiar saya sejak malam tadi, saya belum menyertakan-Nya dalam usaha saya. saya hanya mengandalkan kemampuan saya, hanya yakin pada kekuatan dan pola pikir saya. sementara tak sekalipun sejak kemarin saya memohon padaNya untuk kelancaran tugas saya. padahal segala sesuatu itu terjadi atas kehendakNya, Dia-lah yang Maha Memudahkan dan Menyulitkan. mengingat kembali kejadian tadi pagi, saya belum membaca dzikir pagi, karena ingin bersegera menyelesaikan tugas, saya melewatkan saat-saat khusus yang harusnya menjadi waktu bersamaNya (_)

"Allah.., maafkan hamba" sesal saya.

segera saya tutup sesaat laporan didepan mata, memejamkan mata dan mulai berdzikir padaNya. Astaghfirullah....astaghfirullah...astaghfirullah.....

Laa haula wa laa kuwwata illa billah...Laa haula wa laa kuwwata illa billah

tiada daya dan upaya melainkan dari Allah...

Ampuni hamba ya Rabb yang melupakanMu, terima kasih atas pelajaran berharga hari ini.... hamba pasrahkan semua padaMu ya Rabb...

kemudian tiba-tiba Hp saya berdering

'bismillah' saya buka, ternyata ada satu pesan masuk. 'Dari CI!!!!'

'saya tidak bisa datang kalau pagi, minta gantikan CI yang lain saja ya' jawab beliau

'iya bu, maaf saya yang salah' jawab saya

'iya ndak papa'

plooooong..... \(´`)/ langsung menghampiri another CI yang stand by di ruangan presentasi. dan tanpa diduga ternyata beliau dengan suka rela mau, mudah sekali mengiyakan dengan tersenyum pada saya.

#hiks... pingin nangis. terima kasih Ya Allah... (><)

dan begitulah, hingga tiba saat saya presentasi.
Subhanallah, meski hanya sempat baca-baca ulang sebentar, saya bisa menjawab semua pertanyaan bahkan menuai pujian #hiks...Allah,, maaf ya Allah... terima kasih.... ini tak lain hanya karena kemudahan dari Allah.

Turn to Allah, He’s never far away,
Put your trust on Him, raise your hand and pray
(Maher Zain: Inshaa Allah)

Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. (QS 3:160) 

Semoga jadi pelajaran kita semua #wa bil khusus saya (Remember di,, remember!!!). sertakan Dia dalam tiap aspek hidup, dan sempurnakan ikhtiar dengan amal yang sebaik-baiknya, karena dengan begitu pertolonganNya kan semakin dekat pada kita 

Senin, 03 Juni 2013

Iman dan Kehidupan

Oleh : Cahyadi Takariawan

Ada keadaan yang sering terlihat timpang dalam kehidupan sosial kita. Sebagian besar masyarakat Indonesia terdiri dari orang-orang yang beriman. Mereka percaya dan yakin adanya Allah, juga yakin akan adanya pembalasan di hari akhirat kelak. Namun realitas iman tersebut belum mampu memberikan warna dalam kehidupan keseharian.

Bagaimana mungkin bangsa yang sangat banyak melakukan mujahadah, istighatsah, tabligh akbar, doa bersama, serta berbagai ritual keagamaan ini, juga menjadi bangsa yang paling banyak melakukan korupsi? Bangsa yang rajin melakukan ibadah, namun juga menjadi bangsa yang rajin mengembangkan tindak kemaksiatan.

Ada banyak hal yang telah hilang dari kepribadian bangsa kita. Keimanan seakan telah kehilangan ruh yang menggerakkan. Iman tinggal menjadi simbol dan ritual, tanpa esensi. Padahal jika tengok kehidupan masyarakat beriman di zaman keemasan Islam, akan tampaklah ruh iman yang memberikan warna yang sangat jelas dalam berbagai bidang kehidupan.

Dalam menjalankan kehidupan keseharian, orang-orang beriman senantiasa berhati-hati agar tidak  terjatuh dalam penyimpangan dan kesalahan. Lihatlah para Khalifah rasyidah terdahulu, mereka telah berhasil memberikan contoh bagaimana seharusnya kehidupan orang-orang beriman. Contoh kecil dari khalifah Umar bin Abdul Aziz berikut menunjukkan bagaimana keimanan telah menjadi warna dalam kehidupan keseharian sang pemimpin.

Pada suatu hari, khalifah Umar bin Abdul Aziz kedatangan seorang tamu yang tak lain adalah bibi beliau sendiri. Sang bibi datang untuk meminta tambahan jatah dana dari Baitul Mal. Mungkin ia berpikir, karena yang menjadi penguasa adalah kemenakannya sendiri, maka akan mudah untuk meminta tambahan dana dari Baitul Mal.

Tatkala sang bibi masuk ke rumah Umar, ia melihat Amirul Mukminin ini tengah makan kacang adas dan bawang, yang merupakan makanan rakyat jelata pada waktu itu. Melihat kedatangan bibinya, Umar segera menghentikan makannya. Beliau sudah mengetahui maksud kedatangan sang bibi.

“Ya Amirul Mukminin, berikan kepadaku tambahan dana dari Baitul Mal,” pinta sang bibi.

“Tunggulah sebentar,” kata Amirul Mukminin.

Umar bin Abdul Aziz kemudian mengambil satu dirham uang perak dan membakarnya di atas api. Setelah tampak panas, beliau bungkus uang perak panas tersebut dengan kain.

“Inilah uang tambahan yang Bibi minta,” kata Umar sembari menyerahkan bungkusan tersebut ke tangan sang bibi.

Begitu menggenggam bungkusan tersebut, spontan sang bibi melemparkannya sembari menjerit kesakitan karena panasnya uang perak yang telah terpanggang api.

“Kalau api dunia saja begitu panas,” kata Umar, “bagaimana dengan api akhirat kelak yang akan membakar aku dan Bibi karena menyelewengkan harta negara?”

Luar biasa kehati-hatian sang Khalifah dalam menjaga harta negara. Beliau tidak mau mengeluarkan milik negara dengan cara yang tidak benar, walaupun yang datang meminta adalah bibi beliau sendiri. Apakah yang menyebabkan beliau berperilaku seperti itu? Tidak ada jawaban lain, kecuali: iman. Ya, karena iman yang kuat terpatri dalam jiwa Khalifah, beliau menjadi lurus dan bersih dalam kehidupan.

Bagaimana dengan bangsa dan pemimpin kita? Bukankah syarat pemimpin di Indonesia haruslah beriman kepada Tuhan  Yang Maha Esa? Lalu dimanakah iman tersebut tatkala korupsi telah merajalela di negeri ini?

Dimanakah letak iman pada saat kebusukan menggerogoti birokrasi, pada saat anggota dewan meminta tambahan gaji, pada saat para pemimpin mementingkan hidupnya sendiri?

Rupanya, keimanan kita senantiasa diuji. Sebab, iman bukan saja masalah TEORI, namun lebih penting lagi APLIKASI.