Kamis, 21 Juni 2012

Surat Imam Al-Ghazali kepada salah seorang muridnya

 Wahai anak!
Nasehat itu mudah, yang sulit adalah menerimanya; 
karena terasa pahit oleh hawa nafsu yang menyukai segala yang terlarang. Terutama dikalangan penuntut ilmu yang membuang-buang waktu dalam mencari kebesaran diri dan kemegahan duniawi. 
Ia mengira didalam ilmu yang tak bersari itulah terkandung keselamatan dan kebahagiaan, dan ia menyangka tak perlu beramal. Inilah kepercayaan filsul-filsuf. Ia tidak tahu bahwa ketika ada pada seseorang ilmu, maka ada yang memberatkan, 
seperti disabdakan Rasulallah saw: 
"Orang yang berat menanggung siksa di hari kiamat ialah orang yang berilmu namun tidak mendapat manfaat dari ilmunya itu."
  
Wahai anak! 
Janganlah engkau hidup dengan kemiskinan amal dan kehilangan kemauan kerja. 
Yakinlah bahwa ilmu tanpa amal semata-mata tidak akan menyelamatkan orang. 

Jika disuatu medan pertempuran ada seorang yang gagah berani dengan persenjataan lengkap dihadapkan dengan seekor singa yang galak, dapatkah senjatanya melindungi dari bahaya, jika tidak diangkat, dipukulkan dan ditikamkan? 
Tentu saja tidak akan menolong, kecuali diangkat, dipukulkan dan ditikamkan. 

Demikian pula jika seseorang membaca dan mempelajari seratus ribu masalah ilmiah, jika tidak diamalkan maka tidaklah akan mendatangkan faedah. 

Wahai anak! 
Berapa malam engkau berjaga guna mengulang-ulang ilmu, membaca buku, dan engkau haramkan tidur atas dirimu. Aku tak tahu, apa yang menjadi pendorongmu. 
Jika yang menjadi pendorongmu adalah kehendak mencari materi dan kesenangan dunia atau mengejar pangkat atau mencari kelebihan atas kawan semata, maka malanglah engkau. 

Namun jika yang mendorongmu adalah keinginan untuk menghidupkan syariat Rasulullah saw dan menyucikan budi pekertimu serta menundukkan nafsu yang tiada henti mengajak kepada kejahatan, maka mujurlah engkau. 
Benar sekali kata seorang penyair, 
"Biarpun kantuk menyiksa mata, Akan percuma semata-mata jika tak karena Alloh semata"

Wahai anak! 
Hiduplah sebagaimana maumu, namun ingat! bahwasanya engkau akan mati. 
Dan cintailah siapa yang engkau sukai, namun ingat! engkau akan berpisah dengannya. 
Dan berbuatlah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat! engkau pasti akan menerima balasannya nanti.

Kamis, 14 Juni 2012

Sesuatu Yang bernama……

Bismillahirrahmanirrahim…


Angkutan umum itu melaju dengan kecepatan sedang, 
Gadis 17 tahun itu duduk memojok di bangku belakang, matanya menatap kearah pemandangan diluar jendela mobil, kosong. Seolah pikirannya masih terbawa dalam halaman buku yang telah selesai ia baca, baru saja.

ok baik, kini aku sudah tahu. Lalu apa lagi yang aku tunggu??, tanyanya pada dirinya sendiri.

Ia baru saja menemukan hal baru, bukan. Mungkin lebih tepatnya pandangan dan sebuah prinsip baru dalam hidupnya. Ia begitu yakin dan mantap untuk menerimanya, begitu ingin untuk segera mengubah hidupnya, yang menurutnya masih sangat abstrak selama ini.

Dalam pengembaraan jiwanya yang selalu gusar, akhirnya ia dapatkan sebuah sandaran.
Sandaraan yang menjadi rujukan, sandaran yang menjadi sumber kekuatan, sandaran yang mampu membukakan mata hatinya yang selama ini buta akan kasih sayang-Nya, ke-EsaanNya. 


Kini segala kebenaran bukanlah bersumber dari dirinya, atau pandangan orang lain yang ia suka, tapi kebenaran sejati, hakiki sesuai peraturan-Nya yang begitu indah dan sarat hikmah. 


Ya, begitu dekat sebenarnya sesuatu yang ia cari itu, namun ia selama ini enggan untuk menghampiri dan mendekat, untuk mengenalnya lebih dalam meskipun dirinya mengaku menjadi penganutnya. 


Ya, Islam dan segala syari’atnya yang Indah, itulah hal baru yang selama ini begitu dekat dengannya namun ternyata belum pernah ia pahami sebelumnya. Hanya telah terdaftar menjadi muslim saja, sudah cukup pikirnya. 


Tapi…mungkinkah aku bisa berubah? Bisakah aku menjadi seperti yang tertera dalam buku-buku yang kubaca? Ah…., mustahil rasanya. 


Lihatlah aku, begitu berantakan, begitu kacau, apa yang kuharap? Menjelma menjadi seorang ‘Aisyah binti Abu Bakar? Seorang gadis jelita dengan kecerdasan gemilang dan keshalihan yang memukau? Terdengar sangat mustahil sepertinya. 


Berhentilah bermimpi,nak. Lihatlah dirimu! 
Jangankan ‘Aisyah, gadis-gadis berkerudung rapi di sekolahmu saja tak bisa kamu bandingkan denganmu Lihat mereka, begitu anggun,begitu manis, begitu terjaga. Setiap tutur katanya selalu sopan,ibadahnya begitu tekun dan taat.
Hmmm, bisa kuduga bagaimana mereka dibesarkan.


Mereka inilah para perhiasan dunia yang indahnya membuat iri bidadari surga. 


Yah, merekalah orang-orang yang pantas untuk bermimpi menjadi ‘Aisyah, membersamai beliau di surga. 


Than what about me? 
Aku ingin, tapi aku tak pantas. 
Sampai beberapa pekan yang lalu sholat fardlupun belum genap lima waktu, membaca al-qur’anpun belum fasih, belum lancar tepatnya, persis seperti anak kecil yang baru saja belajar membaca al-Qur’an. 


 Pengetahuan agama..?, Hanya buku paket pelajaran agama islam SMA peganganku. 


Tapi aku tidak mau seperti ini terus. 
Aku juga mau menjadi perhiasan dunia yang terindah, aku juga ingin menjadi seorang wanita yang terjaga, aku juga ingin menjadi muslimah yang kaffah, 
aku juga ingin…. Dicintai Allah. 
tidak bisakah? Tidak mungkinkah? 


 Mobil melaju semakin mendekati sekolah, tempat yang ditujunya. Suara himbauan kenet membuyarkan lamunannya, segera ia turun dan berlari kearah gerbang sekolah 


 “ya Rabb, akankah keajaiban datang di hidupku? Bisakah aku terlepas dari jerat keadaan yang mengukungku? Bisakah ya Rabb…, mohon tunjukkan jalanmu. ” 


 -To be Continued-