Kamis, 21 Maret 2013

menggerutu..oh...menggerutu

Ada kalanya kita mengeluhkan tindakan atau perilaku teman, kenapa dia begini...kenapa dia bersikap begitu.. kenapa ia melakukan hal itu sehingga membuat kita sebal, gak suka, bahkan benci.

Tapi kalau dipikir pikir. siapa sih yang pingin dibenci orang lain? orang sebebal apapun, se cuek to se-individual apapun, pasti gak pingin dibenci atau dijauhi orang lain. kalaupun ada ia nyeletuk 'cih, bukan urusan.., emang gua peduli?' percayalah pasti ada secuil rasa gundah di hatinya. they will trying their best to make you satisfied. to make you like them. 

jadi, menurut saya, ketika ada yang mengecewakan kita, percaya saja, dia bukannya sengaja melakukannya. percaya, dia telah berusaha sebaik mungkin melakukannya, hanya saja ia lupa atau khilaf hingga membuatmu kecewa. toh ia telah mencoba, toh ia telah berusaha memperbaikinya, toh ia juga manusia seperti halnya kita yang sering sekali lupa. apa mungkin ia dengan sengaja dan sadar mengecewakanmu dan membiarkanmu membencinya? apa ada manusia yang sengaja ingin dibenci?

menuntut yang lain sempurna dan seringkali mengeluhkan mereka, bisa jadi suatu pertanda sebenarnya kita ini lah yang paling sering dikeluhkan. bagaimana tidak, lisan sibuk mengkritisi yang lainnya, mata selalu awas menangkap tiap salah sesama. tapi hati lupa gak waspada, bahwa kapasitas diri belum tentulah bebas dari semua cela yang kita tuduhkan padanya.

hehe, gak tau deh. ini menurut saya aja. :D

Minggu, 17 Maret 2013

After her Visit

ditengah percakapan dan canda kami hari ini, mulai kusadari satu hal.
wajah cantik itu telah memunculkan garis garis usia.
kulihat gaya berpakaiannya memang telah banyak berubah, dibanding saat itu. saat ia masih kesana kemari menggendongku.
bagiku tak masalah, tak ada beda. bagiku dia masih tampak jelita.
hanya saja, kali ini aku sadar, waktu telah bergulir cukup lama. aku terhenyak, tanpa kusadari, beliau kini tak lagi muda. berkaca kembali pada diri, ternyata akupun telah jauh berubah. aku sekarang telah tumbuh dewasa, bukan lagi seorang anak TK, yang selalu diantar jemput ibunya. pertanda, semakin sedikit waktu yang tersisa bersamanya.
aku malu, aku kecewa. sejauh ini apa yang sudah kuperbuat untuknya?
ingatanku kembali melayang ke masa lalu. saat jatuh sakit, ia mengendongku, memelukku, mengusap rambut dan berbisik mendoakanku cepat sembuh.
kadang kutimpali bisikannya dengan permintaan, ‘bolehkah aku membeli boneka saat aku sembuh nanti?’ ‘bolehkah aku membeli es krim ketika aku sembuh nanti?’, dan dia selalu menjawab ‘apapun sayang, asal kamu sembuh...’jawabnya.


sungguh, selama ini gambaranku tentangnya masih sama, masih dia yang dulu menggendongku, menjanjikan hadiah untukku, dia yang begitu energik dan lincah dengan padatnya pekerjaanya.
tapi hari ini, aku tersadar, tubuhnya tak selincah dulu, tenaganya telah jauh berkurang, pun raganya yang kini lebih mudah lelah.
Rabb, ampuni dosanya, bimbinglah ia agar selalu berjalan dalam limpahan hidayah dan rahmatMu. ampuni aku yg banyak berbuat dosa padanya. ijinkanlah aku untuk membahagiakannya di dunia dan di akhirat, serta ijinkan kami berkumbul kembali di Syurga

Sabtu, 09 Maret 2013

Bahagia itu milik hati yang bersyukur

bahagia itu sederhana..., 
kalimat ini begitu familiar terdengar di telinga saya. 
bahagia itu sederhana, ketemu saudara itu bahagia. bisa makan makanan favorit kita itu bahagia, becandain temen itu bahagia. 
menurut saya, bahagia itu memang sederhana. cukup memiliki hati yang senantiasa bersyukur, pasti kita kan jd manusia yang selalu diliputi kebahagiaan. seperti hikmah yang saya dapat pagi ini, di perjalanan menuju kota kelahiran saya. 

 ketika sedang asik menikmati perjalanan dalam angkot AL yang lengang, karena hanya ada 2 penumpang di dalamnya, saya disadarkan oleh suara seorang pria yang nampaknya memanggil manggil angkot yang saya tumpangi. saya tidak seberapa peduli, karena disamping kantuk mulai menyerang, bapak sopir angkot ini pun sudah mengetahui panggilan pria ini. terbukti, angkot kami berhenti. 

 "ayo..ayo cepet... garai macet wae awakmu iki'' (ayo..ayo cepat...bikin macet aja kamu ini) ucap bapak sopir. 

"hahaha ko sik toh cak....," (tunggu sebentar dong bang) terdengar pria itu menjawab sambil tersengal sengal. 

mana sih orangnya kok gak nongol nongol, batin saya karena cukup lama angkot terhenti dan hanya suara pria itu saja yang terdengar, sementara sosoknya tak kunjung terlihat. dan betapa menyesalnya saya telah mengomeli bapak itu (meski cuma dalam hati) ketika sosok itu mulai terlihat menaiki angkot. 
lelaki itu ternyata lumpuh kedua kakinya. 
ternyata dari tadi beliau berjuang mengejar angkot dengan menyeret-nyeret tubuhnya. dengan menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan geraknya. 

Masya Allah...., wajah dan tubuhnya tampak dibanjiri keringat, dengan susah payah ia menaiki angkot. 

"kalem..kalem wae," kata bapak sopir yang tampak prihatin. dan ketika akhirnya dengan susah payah ia berhasil duduk di bangku angkot, wajah itu nampak menyunggingkan senyum. 
kata pertama yg terucap dari lisannya adalah 'alhamdulillah.....' sambil mengelap kucuran keringat di wajah serta lehernya. 
saya tertegun, Subhanallah.., dengan keadaannya yang serba kesulitan itu ucapan syukur ternyata masih begitu mudah terluncur dari lisannya. Dengan keterbatasan fisiknya yang 'melelahkan' itu, ia dengan begitu tulusnya memuji Tuhannya, Tuhan yang juga menakdirkannya memiliki keterbatasan fisik tersebut. 

Bahagia itu sederhana, cukup memiliki hati yang penuh syukur. maka bahagia takkan jauh-jauh darimu. dengan syukur, kekurangan kan tercukupi. dengan syukur, Allah akan tambahkan nikmat pada diri.

 

Terima kasih atas teguran-Mu ya Rabb, sebagai hamba yang merasa dilebihkan banyak kenikmatan dibandingkan bapak tadi hamba harusnya mampu bersyukur lebih, mampu berkarya lebih, dan menjaga selalu optimis dalam tiap tantangan kehidupan yang Engkau berikan. 

"Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui". (QS.An-Nisa':147) 

 “Barang siapa bersyukur, maka niscaya akan Ku tambah nikmat-Ku padamu, dan barang siapa kufur maka sesungguhnya azab Allah sangat pedih.” (QS.Ibrahim:7)

Rabu, 06 Maret 2013

arrogant

         Sombong, arrogant, begitu rentan menyusup ke dalam jiwa, berujar kepada hati bahwa diri ini indah, mulia lagi mempesona. namun tanpa disadari, ia menebalkan dinding hati hingga ia tak lagi peka terhadap rintihan nurani. 
         Ingatkah kita akan kisah Iblis dan Adam As? 
ya, karena kesombongannyalah Iblis diusir dari surga, karena kesombongan itulah ia terlaknat. sombong memang begitu menjengkelkan. bagaimana tidak? sombong membuat kita tak peka terhadap kebenaran, lebih tepatnya tak peduli dengan kebenaran. 
'yang penting aku benar! hanya pendapatku, bukan yang lain' 
 'aku pasti bisa lebih baik dari mereka!' 
jika ditanya 'kenapa kamu berpikir seperti itu?' pastilah sombong menjawab 


           'karena aku lebih unggul darinya! dari mereka' 
       Tanpa sadar, mungkin kita pernah mengalaminya, meskipun tak sefrontal itu, meski mungkin hanya terbersit di hati. tapi sesedikit apapun sombong tetap akan berdampak. mulai dari hilangnya objektifitas dan cara berpikir jernih hingga mengakibatkan murka Ilahi. 
         astaghfirullah.....,, ampuni diri ini ya Rabb, manusia hina ini akan menjadi semakin terhina akibat kelalaiannya dan kesombongannya. bersyukur atas teguranMu dan pelajaran dari-Mu yang begitu berharga. 

            Orang sombong adalah orang yang tertipu. tertipu karena merasa dirinya mulia padahal ia hina. tertipu karena merasa punya segala padahal tak punya apa-apa, tertipu karena yang ia banggakan sesungguhnya bukan miliknya. aduhai, jika dipikir, apa yang hendak kita sombongkan atau banggakan? harta? tak selamanya ia kan dimiliki, 
wajah rupawan? waktu yang kan mengikis. 
kecerdasan? cerdas tanpa lingkungan yang mendukungpun tak ada gunanya. 

            teringat kisah Fir'aun dengan segala kepongahannya. harta dan kekuasaanya dipikirnya akan abadi disisi, tak lekang oleh masa, tapi akhirnya, begitu mudahnya segalanya menjadi musnah hanya dengan kuasa dari sang Maha Pencipta. 
             Lantas kita? tubuh ini pun bukan punya kita, jantung ini, dan nafas ini pun pinjaman dari-Nya. masih pantaskah kita berbangga? berbangga pada apa? pada hal yang sebenarnya bukan milik kita? masih pantaskah kita sombong denganNya? sombong bener-bener menipu yah?