Kamis, 30 Mei 2013

berbuat baiklah!


“Barangsiapa berbuat baik kepadamu, balaslah dia, jika engkau tidak mampu, berdoalah untuknya.” (HR.Baihaqi)

"Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)" (QS. Ar-Rahman: 60)

Berbuat baiklah, tebarkanlah kebaikan pada seluruh alam. karena Islam adalah rahmat, maka muslimin dan muslimat adalah penebar rahmat. itu prinsip menjalin hubungan di agama saya, Islam. pada sesama muslim, Islam mengajarkan untuk selalu saling mengutamakan, saling mencintai dan melindungi, seperti yang disabdakan Rasulullah dalam sebuah hadist:

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesama Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar ra)

kepada yang bukan se-akidah, alias beda agama Islam mengajarkan untuk selalu berbuat baik dan bersikap adil. seperti yang firmankan Allah:

'Hai Orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu berlaku tidak adil. berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan' (QS. Al-Ma'idah:8)

Dan apabila kita dizholimi, kita diperkenankan untuk membalasnya dengan balasan yang setimpal. tapi... kembali Allah yang Maha Pengasih mengajarkan pada kita bahwa kebaikan itu lebih utama untuk dilakukan. memaafkan lebih baik jadi pilihan, meskipun membalas adalah hal diperbolehkan:

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim" (QS. Asy-Syura:40)

Yuk perbaiki perilaku kita agar mencerminkan pribadi muslim yang sesungguhnya. kadang bersabar terasa menyakitkan, kadang mengalah terasa menyesakkan. tetapi seringnya suatu masalah takkan tuntas dengan pertikaian ataupun perdebatan. mengungguli suatu kejahatan dengan kejahatan serupa juga tak memberikan penyelesaian, malah membuat kacau dan pelik keadaan. mungkin inilah sebabnya Allah menjamin sebuah Istana di surga bagi yang menahan marah meski sesungguhnya ia mampu untuk disalurkan. 

Berbuat baik, bukan untuk dicap menjadi 'si baik', tapi berbuat baik sebagai bukti ketaatan kita pada perintahNya. selalu berbuat baik, karena 'manfaat' lebih banyak tertuang darinya. 
oke, yuk sama-sama menyemangati! :)


Jumat, 17 Mei 2013

buat yang di seberang

sahabat itu kayak bintang, selalu ada meski gak selalu tampak :)

makasi chingu buat support-nya, buat waktunya, kesediaannya juga.
jadi keingetan lagunya sheila on 7:
pegang pundakku jangan pernah lepaskan,
bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar.

ada kalanya pengen jungkir balik, ngelompatin pagar, naik firebolt muter2
terus tiba-tiba sebuah kalimat terlontar:

my friend:
'terus kamu mau ngapain? kalo kejadiannya gini kamu mau apa, kalo kejadiannya gitu kamu mau apa?
itu kan masalahmu? oke terus tujuan kamu, pinginmu apa?'

 saya:
'..iya....mungkin kepala gw butuh dijedokin ke tembok emang...'

my friend:
'hahahahahaha... iya lah di, cewek emang butuh cerita. hoho. okeh cemungudh '

suatu pagi sebuah sms lain muncul tanpa diduga

'hi dear, how's your day? are you okay?' *sms ini dikirim oleh seorag cewek alias akhwat, jd gak ada unsur gombalisasi didalamnya

#terharu... subhanallah,, temen-temen nih meski lama gak bersua... semangat lagi jadinya :)

love u chinggu tetep semangat jadi lebih baik tiap hari :D

taken by me: mewakili yg lain ya ching, foto paling 'save' yg bisa diupload.hehe



sekeping hati

karena ikhlasmu adalah saat dapat tersenyum dalam kegundahan,
tetap kuat dalam keterhimpitan, dan jadikan Allah satu-satunya tumpuan.

sungguh, apa arti semua rintangan ini jika dibanding ujian para pendahulu dakwah?
para insan mulia harus berakhir dengan penggalan kepala yang diusung berkeliling kota.
para pembela agama disalib berbulan-bulan lamanya, dijadikan tontonan umum manusia.
sahabat Rasul tercinta dihujat di tiap jumat sebagai rukun khutbah

sungguh, meski menitih air mata mengingatnya, tidakkah terbayangkan keadaan mereka di surga?
mungkin saat kita mengasihani mereka, justru merekalah yang tengah mengasihani kita,
karena tak juga sanggup menebus surgaNya.

kembali menata niat mengokohkan langkah tuk persembahkan sebingkai hati cintai Ilahi yang tengah berjuang mensenyumkan bumi.

sekeping hati dibawa berlari
jauh melalui jalanan sepi
jalan kebenaran indah terbentang
di depan matamu para pejuang

tapi jalan kebenaran
tak akan selamanya sunyi,
ada ujian yang datang melanda
ada perangkap menunggu mangsa

akan kuatkah kaki yang melangkah
bila disapa duri yang menanti
akan kaburkah mata yang meratap
pada debu yang pastikan hinggap

mengharap senang dalam berjuang
bagai merindu rembulan di tengah siang
jalannya tak seindah sentuhan mata
pangkalnya jauh hujungnya belum tiba

-suci sekeping hati: saujana-


Kamis, 09 Mei 2013

Menulis


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
"Penulis hakikatnya menyapa dengan ilmu; maka ia berbalas tambahan pengertian; makin bening, makin luas, kian dalam, dan kian tajam. Agungnya lagi; sang penulis merentangkan ilmunya melampaui batas-batas waktu dan ruang. Ia tak dipupus masa dan usia, ia tak terhalang ruang dan jarak. Yang terucap kan lenyap tak berjejak, yang tertulis kan adi mengabadi. Tetapi bagi kita, makna keabadian karya bukan hanya soal masyhurnya nama; ia tentang pewarisan nilai. Apakah kemaslahatan yang kita lungsurkan, atau justru kerusakan.

 Menulis juga bagian dari tugas iman; sebab makhluk pertama ialah pena, ilmu pertama ialah bahasa, dan ayat pertama berbunyi “Baca!” Tersebut dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan ditegaskan Ibnu Taimiyah dalam Fatawa, “Makhluk pertama yang dicipta-Nya ialah pena, lalu Dia berfirman, “Tulislah!” Tanya Pena, “Apa yang kutulis, wahai Rabbi?” Maka Allah titahkan, “Tulislah segala ketentuan yang Kutakdirkan bagi semua makhluk-Ku sejak awal zaman hingga akhir waktu.”

 Penulis sejati menghayati pesan Nabi; bicaralah pada kaum sesuai kadar pemahamannya, bicaralah dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka. Penulis sejati memahami; dalam keterbatasan ilmu yang dimiliki, tugasnya menyederhanakan yang pelik, bukan merumitkan yang bersahaja. Itu pun tidak dalam rangka mengajari; tapi berbagi. Dia haus tuk menjala umpan balik dari pembaca; kritik, koreksi, dan tambahan data.

Penulis sejati juga tahu; yang paling berhak mengamalkan isi anggitannya adalah dirinya sendiri. Daya memahamkan hakikatnya berhulu di sini. Sebab seringkali kegagalan penulis memahamkan pembaca disebabkan dia pun tak memahami apa yang ditulisnya itu dalam amal nyata. Begitulah daya memahamkan; dimulai dengan sikap jiwa yang adil, haus ilmu, dan rendah hati terhadap pembaca kita, lalu dikuatkan dengan tekad bulat untuk menjadi orang pertama yang mengamalkan tulisan, dan berbagi pada pembaca dengan hangat, akrab, serta penuh cinta.

Penulis sejati mengukirkan semboyan, “Hanya sedikit ini yang kutahu, kutulis ia untukmu, maka berbagilah denganku apa yang kautahu.” 

(Salim A. Fillah)



Minggu, 05 Mei 2013

Terima kasih Allah

Terima Kasih Allah,
meski doaku tak selalu terujar tiap waktu tapi karuniamu tak pernah henti terlimpah selalu.
Terima Kasih Allah,
hambaMu yang bodoh dan hina ini masih saja lakukan dosa, namun cintaMu tetap tercurah
Terima Kasih Allah,
tatkala hati dirundung duka, selalu Engkau kirim hikmah pelipur lara.
Terima Kasih Allah,
atas semua nikmat yang terhitung maupun banyak yang lain yang tak sanggup ku hitung.
Terima Kasih Allah,
Engkau ijinkan aku berkumpul dengan sholihin dan sholihat yang saling membahu untuk taat, kepadaMu Pemilik Jagat.
Terima kasih Allah,
atas Kasih dan SayangMu pada MakhlukMu
Terima Kasih Allah,
karena tlah memilihku menjadi hambaMu


::karena nikmat terbesar dalam hidupku adalah Allah sebagai Rabb-ku::*

*sebuah kalimat indah yang saya temukan dalam sebuah bacaan di SMA. kalimat yang sangat membekas. apa jadinya jika kita tak punya Dia? entah apa saja argumen para atheis di luar sana untuk menyangkal keberadaanNya. but to me, He is really there. :')