Jumat, 04 Oktober 2013

Sesuatu Yang bernama…… (part 2)

Dengan berlari-lari kecil ia melewati gerbang sekolah. Ditatapnya pos satpam di samping gerbang, nampak didalamnya penghuninya sedang duduk bersantai sembari melihat televisi di mejanya.


Hmmm,, gak telat alhamdulillah...,batinnya

Langkah kakinya melambat, ditatapnya tiap bagian sekolah yang dilewatinya dengan penuh makna. matanya mengamati sekumpulan siswa yang sedang bergurau menanti bel berbunyi, sekumpulan yang lain nampak serius berdiskusi dengan buku-buku diktat tersebar ditengah-tengah mereka. ia terus berjalan hingga pandangannya bertemu dengan obyek itu, obyek yang membuat hatinya malu bercampur damai. 

Sekumpulan gadis berjilbab rapi tengah bercengkerama di halaman masjid sekolah. entah, ia selalu merasa mereka berbeda. meskipun sebelumnya telah ia jumpai pula sekumpulan siswa yang juga bercanda ria, namun gadis-gadis itu selalu membawa aura berbeda bagi dirinya. nampaknya salah seorang dari mereka menyadari kehadirannya. gadis itu memanggil namanya melambaikan tangan sambil tersenyum tulus padanya. ia membalas senyuman dan lambaian tangan itu. 
Yuni, nama gadis itu. gadis yang setengah tahun lalu masih berada dikelas yang sama dengannya, tak hanya itu, yuni juga teman sebangkunya selama hampir setahun. Yuni yang begitu bersahaja, yang tak pernah bosan mengingatkannya untuk sholat Dhuha dan datang ke pengajian sekolah.

"Ayo sholat yuk..."ajaknya

"Aduh...,, laper nih yun. ke kantin dulu yuk, baru abis gitu ke mushalla, gimana?" tawarnya

Yuni mengernyitkan dahi kemudian menggeleng "gak mau, nanti keburu habis waktu istirahatnya"

"Nah..,, justru itu yun. kalo laper khan jadi gak khusyuk sholatnya, jadi mending makan dulu. cepet kok aku makannya" kilahnya lagi

Gadis berjilbab itu kemudian terdiam mengamati wajah sahabat di depannya itu

"Nanti kalo mau masuk surga, kamu ditawarin mau langsung ke surga atau mampir dulu ke neraka, kamu milih yang mana?" ujar yuni akhirnya

tanpa memperpanjang perdebatan ia pun akhirnya mengalah, "oke...oke....ayo sholat dulu aja"

Dan Yuni yang manis pun tersenyum bahagia. 

Ia teringat betapa seringnya yuni mengingatkan dirinya namun ia tetap bergeming, dan selalu mencari-cari alasan untuk menghindar. pernah suatu ketika yuni mengajaknya untuk bergabung dalam kelompok pengajian kecil dari rohis sekolah, ia selalu menolak, selalu disuguhkannya bermacam-macam alasan. alasan kerja kelompok, kumpul teater, hingga ingin pulang cepat. tanpa Yuni tau, alasan sebenarnya kenapa ia menolak adalah karena ia malu, karena ia merasa tidak pantas berada satu lingkungan dengan yuni dan teman-temannya. Allah pasti lebih sayang dengan mereka dibandingkan Hamba sepertiku, batinnya. 

Tanpa terasa ia telah sampai di depan kelasnya. nampak beberapa anak tengah sibuk mengerjakan tugas. diletakkannya tas dan peralatannya di meja. matanya kemudian mulai mencari sesosok gadis, teman dekatnya. 

'Hey..,,' sapa sebuah suara menyadarkannya.

"Eh, disini rupanya. thanks ya bukunya bagus banget..hehe" sosok yang tengah dicarinya ternyata lebih dulu menghampirinya.

"you're welcome. by the way, series keduanya belum terbit. aku juga penasaran pengen segera baca. ntar kalo udah terbit pasti ku kasih tau deh" ucap gadis cantik itu sambil siap beranjak.

"eh,,, mau kemana? mau cerita bentar boleh gak?" cegahnya.

  Temannya itu kembali duduk. ia memang sudah berniat mendiskusikan masalah ini dengan seseorang. sesuatu yang mengganjal pikirannya beberapa hari ini. 

"Aku.... pingin berjilbab" katanya kemudian.

Statement yang menghantui pikirannya selama beberapa hari seorang diri, akhirnya terucap juga. dilihatnya mata gadis jelita di depannya berbinar, wajahnya menunjukkan keterkejutan beserta kebahagiaan.

"Subhanallah.....beneran? kamu udah yakin?" tanya sahabatnya

"Not sure, actually...aku merasa gak pantes untuk berjilbab. aku gak bisa baca al-Qur'an dengan lancar, sholatku belum genap 5 waktu sampai beberapa saat yang lalu, dan......dan..... gak tau sebenarnya aku pingin berjilbab. tapi aku mau memperbaiki diri dulu, biar jadi cewek yang pantes pakai jilbab"  jelasnya panjang lebar.

Sahabatnya tersenyum. digenggamnya tangannya.

"tapi kamu tahu kan, kalau perintah berjilbab itu wajib?" tanya temannya "berjilbab gak nunggu kamu udah jadi baik. tapi jika kamu seorang muslimah,maka kamu harus berjilbab. ini perintahNya, sama seperti perintah sholat. kalau kamu muslim, maka kamu harus sholat" terang temannya

ia terdiam. yah, aku tahu, itulah kenapa aku gusar, karena aku tahu ini perintah wajib dan aku harus segera menjawab perintah ini, tak bisa di tunda-tunda lagi. 

"aku cuma takut gak bisa mempertahankannya, bukan hanya jilbab tapi semuanya. berakhlak selayaknya muslimah yang sesungguhnya, menjaga ibadah dan ketaatan padaNya, aku rasa prinsip ini masih terlalu berbeda dengan gaya hidupku selama ini. aku takut gak bisa, takut menyerah" jawabnya lagi

"kamu tahu, surga itu dibuka untuk semua yang mau berlomba mendapatkannya, tak peduli bagaimana latar belakang mereka. entah dia berasal dari lingkungan yang agamis, atau liberal, masing-masing telah diberi kesempatan. hanya maukah kita menjemput dan memperjuangkannya" sahabatnya kembali menguatkannya. ia terdiam mendengar penjelasan sahabatnya. 

gadis cantik berjilbab itupun kembali melanjutkan, "berjilbab bukan akhir, tapi awal berproses menuju akhir yang lebih baik. dengan berjilbab bukan berarti kamu sudah baik, tapi berjilbab berarti kita mulai memperbaiki diri, mensholehahkan diri. karena proses perbaikan diri ini tidak singkat. ia adalah proses yang terus berlanjut selama kita hidup". 

ia menunduk "kamu benar" ucapnya lirih

"percaya deh, aku juga sedang berproses kok. karena kitapun tidak pernah tahu kapan hidup kita akan berakhir. bisa jadi kamu menunda berjilbab hingga lulus SMA nanti, namun ternyata takdir Allah mengatakan kamu akan meninggal besok pagi" tambah sahabatnya.

"heeey....!!! don't scare me like that" potongnya

"hahaha,, enggak gitu maksudnya. tapi benar kan? bisakah kamu jamin kalau kamu masih diberikan kesempatan kedua lain kali?"

"yeah...,, you're right" ucapnya kemudian



"semoga keputusan berjilbab ini menjadi ikrar bahwa kita siap mulai berbenah diri untukNya hingga akhirnya jilbab ini akan menjadi penjaga saat diri ingin menyerah dan lari dariNya" ucap sahabatnya sembari bersiap beranjak

 "karena bukan menutup rambut saja point pentingnya, tapi menutup diri dari segala kemungkaran dan menjaga hati dan keimanan para penggunanya. karena yang kita harap semata-mata ridhoNya.. semangat yah,, aku dukung selalu pokoknya"

ia tersenyum memandang sahabatnya itu. Sosok gadis cantik yang nampak semakin cantik dengan jilbab lebar menjuntai di tubuhnya. karena kecantikan bukan semata dari wajah rupawan, tapi hati jelita yang taat pada TuhanNya yang akan memancarkan cahaya di wajah mereka. kembali ia hayati nasehat sahabatnya itu. tekatnya semakin kuat. ia harus segera berubah. ia ingin menjadi hambaNya yang seutuhnya taat padaNya. 

Akan segera kusampaikan pada mereka,batinnya. ingatanya kembali pada deretan kalimat dari buku yang dipinjamkan sahabatnya :

Dengan berjilbab, seorang wanita mendapat dua pahala, pahala pertama karena ia telah taat menjalankan perintah Rabb-nya, pahala kedua karena ia mencegah orang lain berdosa, akibat melihat yang bukan haknya.

  

(To be Continued *insyaaAllah)






Tidak ada komentar: