Rabu, 02 Oktober 2013

Hubungan Maksiat dan Musibah

Memang ada hubungannya antara melakukan maksiat dengan mendapatkan musibah?

YA, ADA. Subhanallah...,, ingatkah kamu cerita tentang umat terdahulu kawan? maksudnya kaum para nabi terdahulu. misal kaum sodom, kaumnya nabi Luth 'Alaihissalam, yang melakukan dosa keji berupa perilaku menyimpang  homoseksual. Bagaimanakah akhirnya nasib mereka? ya, mereka binasa karena azab yang dikirimkan Allah berupa hujan batu.

Contoh selanjutnya kaum nabi Nuh 'Alaihissalam, yang tenggelam dalam banjir besar karena kesombongannya mengacuhkan nabi sang pembawa risalah yang hadir di tengah-tengah mereka. Padahal tak kurang kesabaran Nuh dalam mendakwahi mereka, 950 tahun ia habiskan waktu menyeru kaumnya.

kaumnya berkata pada Nuh:

”Kami tidak melihat kamu dan pengikutmu lebih utama dibandingkan kami. Dalam hal kepintaran, kefasihan, keluasaan wawasan, dalam hal menentukan yang membawa maslahat, dan pengetahuan tentang pridiksi masa depan. Kami mengira kalian adalah para pembohong!” (Yunus: 27).

dan begitulah, banjir bandang datang, gulungan dasyat ombak, petir yang suaranya memekakkan telinga datang melumatkan mereka. 

Tiap kemaksiatan dan keingkaran yang dilakukan kepada Allah akan menimbulkan diturunkannya azab. Lantas bagaimana dengan kondisi kita sekarang?

apakah mungkin karena selama ini tak pernah terjadi musibah luar biasa seperti yang dicontohkan diatas pada kita, berarti kita bukan termasuk hambaNya yang durhaka? apakah karena selama ini kita merasa hidup tentram dan sejahtera berarti siksa Allah jauh dari diri kita?

hmmm...,, bisa jadi,, tapi ada baiknya jangan terlalu kePede-an. Rasulullah Sallahu'alaihi wasalam pernah bersabda dalam hadist riwayat Ahmad:

"Jika engkau dapati Allah Azza wa Jalla memberikan limpahan kekayaan kepada seorang hamba padahal hamba itu tetap berada di dalam kemaksiatan, maka tak lain hal itu merupakan penundaan tindakan dari Nya" (HR Ahmad)


Selanjutnya beliau (Rasulullah saw) membaca ayat yang artinya :
 "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS Al-An'aam : 44)


So, Beware!
bisa jadi Allah hanya menunda azab-azabNya, atau bahkan seringnya sebagian azab itu telah diberikan namun kita kurang peka dan tidak menyadarinya.

Ibnul Qayyim Al-Jauziah dalam bukunya "Aatsaarul Ma'ashi wa Adhraaruha" (akibat berbuat maksiat) merumuskan terdapat 26 pengaruh dan bahaya maksiat yang dapat langsung dirasakan oleh tiap diri manusia, (karena terlalu panjang, mungkin disambung ke postingan selanjutnya aja yak ^^)

1. Maksiat bisa menghalangi Ilmu pengetahuan,
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi'i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata, "Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.
Nah, saat belajar terasa berat, padahal udah melototin buku or jurnal sampe berjam-jam namun tak sedikitpun ada yang nyangkut di otak, maka curigalah! mungkin ini diakibatkan dari maksiat yang kita lakukan (Istighfar yuk sob...!!!)

2. Maksiat Akan Menghalangi Rizki 
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rizki. Maka meninggalkannya berarti menimbulkan kefakiran. "Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)

3. Maksiat Akan Menimbulkan Jarak Dengan Allah

Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, "Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa." 
Saya pernah baca suatu artikel yang menerangkan seperti ini (kurang lebih), 

Hati itu ibarat wadah yang bisa diisi dengan manisnya cairan ketakwaan serta pahit dan busuknya cairan dosa.  ketika kita melakukan maksiat, maka ibaratnya kita sedang menuangkan cairan pahit nan busuk pada wadah tersebut. meskipun volumenya sedikit, jika ia terus dilakukan atau dialirkan, maka meskipun dalam saat yang sama kita juga mengisi sang wadah dengan cairan manis ibadah, tetap saja rasa cairan yang dihasilkan di wadah menjadi tidak sedap, tidak karu-karuan, tidak terasa manisnya.
Sama dengan orang yang beribadah namun maksiatnya masih rutin dilakukan, ia takkan bisa merasakan manisnya bermunajat dan beribadah kepada Allah. karena ibadahnya telah terkotori oleh maksiat yang dia lakukan. Dan inilah sodara-sodara salah satu wujud azab itu, azab yang langsung diterima karena melakukan perbuatan maksiat. 



terus gimana dong??

maka yang harus dilakukan adalah membersihkan wadah tersebut dari cairan busuk kemaksiatan, sehingga ibadah kan terasa manfaatnya dalam diri kita. Maka ikutilah suatu dosa dengan perbuatan baik sesudahnya, untuk menghapus dosa tersebut.

Dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik tersebut akan menghapus perbuatan buruknya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi dan beliau berkata : “Hadits hasan”, dalam manuskrip lain : “Hadits hasan shahih”)

4. Maksiat Akan Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, "Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku." 

5. Maksiat Akan Menyulitkan Urusan 
Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya. Maksiat Menggelapkan Hati Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita. 
Ibnu Abbas ra berkata, "Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian makhluk."


Demikianlah kawan, sedikit contoh dari akibat perbuatan maksiat. insyaaallah dilanjut lagi, yuk sama-sama berbenah diri. karena manusia emang tempatnya salah dan lupa, tapi bukan berarti kita harus selalu berada dalam kesalahan dan kelupaan kan? (hehe)

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziah mengatakan, bahwa orang-orang bodoh mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan-Nya serta lupa dengan azab-Nya yang pedih dan tak mungkin dicegah. Barangsiapa yang mengandalkan ampunanNya tetapi tetap berbuat dosa, dia sama dengan orang-orang yang membangkang. 

hmmm,,, memang rahmat dan ampunan Allah itu lebih luas dibandingkan Azab dan siksaNya, namun bukan berarti kita jadi hamba yang gak tau diri kan?
semoga selalu terpatri dalam ingatan kita masing-masing (saya khususnya) kalau semua yang kita perbuat ini akan dimintai pertanggung jawabannya. so, let's give our best effort for Allah!

untuk menutup postingan kali ini, yuk kita hayati lagi sabda Rasulullah yang satu ini:

"Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya. 

Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka. 

Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi dan kedurjanaan penguasa. 

Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat melainkan mereka akam mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan. 

Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji) melainkan akan Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki. 

Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt jadikan permusuhan antar mereka." (HR. Ibnu Majah)


Tidak ada komentar: