Rabu, 24 April 2013

In The End of Our Day

     Hari itu tatkala 3 ayat itu dibacakan dihadapan khalayak, semua manusia yang mendengarnya begitu bersuka cita.

      "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu melihat manusia masuk kedalam agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampun kepadaNya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat" (An-Nashr:1-3)

    Ya, siapa yang tidak bergembira, perjuangan berdarah-darah dan penuh air mata yang telah dilalui membuahkan hasil. kini Rabb-nya mengabarkan bahwa berbondong--bondong manusia telah mengikuti ajaran Islam, agama yang mereka tengah tegakkan di bumi-Nya yang luas ini.
namun tak mereka sadari, surat itu juga merupakan isyarat akan dekatnya perpisahan dengan sang Lelaki Mulia pembawa risalah, ya. Ajal Muhammad Salallahu 'alaihi wasalam segera tiba.

      "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,..."
mengapa kematiannya diisyaratkan sebagai kemenangan? bukankah kematian menurut sebagian besar orang merupakan topik yang menakutkan dan dihindari?. banyak juga orang yang lebih takut terhadap 'orang mati' dibandingkan 'kematian' itu sendiri. adakah yang salah dengan perspektif kita? mungkin.

        Manusia kebanyakan tidak menyukai kematian karena manusia memiliki fitrah suka dengan kenyamanan dunia beserta isinya. dan kematian akan menghentikan kenyamanan tersebut. ia tidak lagi bisa menikmati kehidupannya di bumi, makan makanan enak, tidur di kasur yang empuk, bertemu dengan orang-orang yang kita sayangi, dan melakukan banyak hal yang kita sukai. kematian akan merenggut semua itu seketika.

        Bagi seorang musim yang paham hakikat akhirat, manusia juga tidak menginginkan kematian karena ia merasa tidak siap. tidak siap bekal, dan tidak siap jika harus mempertanggung jawabkan semua dosanya. oleh karena itulah mungkin timbulah pengelakan dalam dirinya, berusaha tak mengingat tentang kematian, berusaha menghindari topik tentangnya, namun sesungguhnya yang tak terelakkan kematian ternyata begitu dekat, ia tak menunggu kesiapan kita, tak menunggu persetujuan kita, tak peduli tua maupun muda, ia akan datang kapan saja, ke siapa saja, jika takdirNya telah menggariskan.



"Katakanlah: 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh'. dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati" (QS. Ali 'Imran: 154).

"Dan Allah sekali-kali tidak menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"(QS. Al-Munafiqun:11).

       Kawan, beberapa kali Allah menunjukkan kepada saya, betapa kematian benar-benar datang tak terduga dan tak pandang usia. kawan yang beberapa saat yang lalu masih bertegur sapa dengan candanya, guru yang beberapa saat sebelumnya berdiskusi dengan kita, orang terkasih yang tengah merajut janji suci bersama, termasuk pribadi kita. tak luput dari takdirnya. siapa yang bisa menjamin bahwa kita kan melanjutkan hidup hingga esok fajar tiba?.  

      "Dunia ini ibarat sebuah persinggahan.." terang seorang guru.

      "Kita ini adalah penumpang yang menaiki kapal bernama kehidupan, perjalanan ini akan berujung pada sebuah kota yang bernama akhirat, di sisi seberang laut yang lain. dalam perjalanan panjang ini, kapal kita melakukan persinggahan disebuah kota bernama dunia.
      Nah, dalam persinggahan di dunia ini, bermacam-macam perilaku penumpang kapal menanggapinya.
ada segerombolan penumpang yang memilih untuk tetap di dalam kapal, sama sekali tak tergoda untuk bertamasya sejenak mengelilingi kota, ada segerombolan penumpang yang pergi ke kota untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk keperluannya nanti di akhirat, ada segerombolan penumpang yang terlena dengan hiruk pikuk pesona dunia, tak sibuk mencari bekal namun masih ingat perjalanannya, ia hanya membuang-buang waktunya saja, dan ada juga segerombolan penumpang yang begitu asyiknya menikmati tinggal di dunia hingga lupa tujuan sebenarnya, lupa bahwa dunia hanya kota singgah sementara. hingga ia berpikir akan menetap selamanya disana."


     Pertanyaannya, tipe penumpang yang manakah diri kita?
jika termasuk kedalam tipe penumpang dua, maka sungguh beruntunglah kita karena telah mempersiapkan dengan sebaik baiknya kehidupan akhirat kita.

     Kematian bukan untuk dihindari, tapi dipersiapkan. mereka yang paham, akan memilih cara kematian terindah untuk menjemput ridho dari Tuhannya. seperti yang dicontohkan Rasulullah. 

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,..."

    Kematiannya diisyaratkan sebagai kemenangan oleh Allah. sungguh indah. bagaimana tidak, setelah perjuangan panjangnya menegakkan islam di bumi ini dengan penuh tetes keringat dan darah, fitnah, siksaan moral dan fisik, kini saat untuk beristirahat telah tiba, kini saat untuk menerima sebaik-baik balasan darinya ada di depan mata. Surga dan para bidadariNya telah menantinya, dan yang paling ia damba perjumpaan dengan Rabb terkasihnya. sungguh, insan mana yang tak iri padanya?


     Itulah kawan akhir hidup Rasul yang mulia yang meraih sukses dengan menjemput Khusnul Khotimah. lantas seperti apa akhir hidup kita?
akankah kita juga bisa mendulang sukses di akhir hidup sepertinya?
ya, tak ada pilihan lain kecuali selalu berikhtiar dan berdoa padaNya..

Tidak ada komentar: