Minggu, 23 Februari 2014

Menapaki jejak perjuangan

'Sebuah Perjuangan tak selalu heroik' 

Saya mendapat kalimat itu dari suatu sumber (dicari-cari lagi gak nemu, maaf tak bisa dicantumkan). beberapa orang yang saya kenal begitu menginspirasi saya dengan sepak terjangnya yang luar biasa di bidang masing-masing. saya jadi berpikir "lalu hal spektakuler apa yang bisa kau hasilkan?"  diam sesaat. lalu menjawab 'gak ada'. 

kadang kita berpikir keras. 'apa nih?', apa yang bisa bikin beda? apa yang buat jadi luar biasa? atau bahasa lainnya, apa yang membuat perjuangan kita ini nampak keheroikannya?. padahal kawan, (masih menurut sumber yang sama) perjuangan gak harus heroik untuk disebut perjuangan. lihatlah para sahabat. memang ada seorang Khalid bin Walid, sang pedang Allah yang begitu piawai di bumi peperangan, strateginya begitu tepat dan tajam. membuat banyak sahabat berdecak.

namun di lain sisi, juga ada amalan sederhana seorang Ummu Majan, yang segenap hati menjalankan amanahnya menyapu dan menjaga kebersihan masjid di madinah. amalannya sederhana, namun ikhlas dan konsisten beliau laksanakan. amalannya sederhana, tapi tujuannya mulia. 'ingin agar seluruh pengunjung masjid dapat beribadah dengan nyaman dan khusyuk. ingin agar rumah Allah terlindungi dari najis dan kotoran yang dapat merusak kesuciannya'. 

tak hanya dua orang sahabat Nabi itu, Mungkin banyak sahabat nabi lainnya yang tak kita kenal namanya tapi mereka memiliki amalan yang 'spesial' di mata Allah maupun manusia lainnya. kuncinya adalah 'bergerak, dan bermanfaat serta ikhlas karena Allah'.

Disuatu kesempatan saya bertemu seorang ibu yang menurut saya sangat inspiratif. beliau merupakan pendiri sebuah lembaga pemberdayaan masjid dan mushalla. sudah banyak kegiatan-kegiatan edukatif dan produktif yang dihasilkan dari masjid-masjid yang beliau bina. tak hanya itu, beliau juga sukses (menurut pandangan saya) mendidik anak-anaknya menjadi anak yang cerdas dan tanggap lingkungan serta bervisi. 

saat itu saya bertanya pada beliau "langkah awal apa yang harus saya lakukan untuk membuat suatu gerakan yang bermanfaat seperti ibu?"
beliau tersenyum kemudian menjawab.
"itulah kesalahan kebanyakan orang. mereka selalu bertanya, apa yang awalnya harus saya lakukan, atau mulai darimana, atau hal besar apa yang akan saya lakukan?. saya tak pernah berpikir mulai darimana, karena bertanya seperti itu menandakan kita kurang kreatif"

Sang ibu melanjutkan lagi. "keinginan awal saya dulu hanya 'ingin mengajar ngaji di TPA'. karena saya merasa malu, bisa ngaji tapi tidak membagi ilmu yang saya miliki. kala itu saya tersindir dengan teman kristiani saya, yang dalam kesibukannya sebagai ketua osis masih menyempatkan diri tiap minggunya untuk mengajar anak-anak kampung di sekolah minggu. Dia mengajarkan pelajaran dasar seperti berhitung, bahasa inggris, dan lain-lain dengan bermodal gitar, dia mengajar dengan nyanyian agar mudah dihafal. dan yang membuat saya lebih malu lagi, anak-anak yang diajar kebanyakan adalah muslim.

sayapun termotivasi untuk berkontribusi. diawali dengan menjadi guru ngaji di TPA. dan ketika pekerjaan ini saya lakukan dengan sungguh-sungguh dan rutin, Allah menunjukkan hasilnya. ya seperti sekarang ini". tutur beliau

Saya manggut-manggut. Terbukti memang, hal luar biasa itu berawal dari sebuah kesederhanaan. dan seringnya kesederhanaan yang dilakukan secara istiqomah inilah yang menjadikannya jadi sesuatu yang "Luar biasa".
Jadi keingetan juga dengan cerita dek Andita tentang sebuah keluarga dosen di UB yang istiqomah mencucikan mukena yang ada di Mall-Mall. Simple right?? kita juga bisa melakukannya. tapi...nyatanya apakah banyak yang melakukannya? mencari dan mencucikan mukena di tempat-tempat umum? 

simpel kan? mencucikan mukena. tapi kalau dilakukan terus menerus? apakah masih hal yang dianggap biasa?. simpel memang. mencucikan mukena. tapi manfaat dari perbuatan simpel itu sungguh besar pahalanya : menjaga agar yang beribadah dengan mukena itu lebih sempurna sholatnya, karena kesucian mukenanya lebih terjaga. kalau satu kali mukena yang dipakai mengalirkan pahala, kalau mukena yang dicuci gak hanya 1 saja, tapi dari berbagai tempat, dan masing-masing mengalirkan pahala dalam setiap pemakaiannya, masihkah amalan itu disebut amalan sederhana??

sebuah perjuangan memang tak selalu nampak heroik, dan gak harus selalu heroik. karena sesungguhnya hanya Allah yang tahu nilai amalan kita. kan kita gak pernah tahu amalan mana yang akan mengantarkan kita ke surga.

Saya yakin, Allah telah menganugerahkan potensi spesial di masing-masing diri kita. saya, kawan semuanya, pasti ada. dan beda-beda. Dan saat tiap potensi ini disalurkan untuk kemaslahatan umat bersama, akan tercipta kebermanfaatan komprehensif yang akan dihasilkan lebih banyak.

*melirik ke sekitar

dimulai dari yang kecil, yang paling deket. kalau urusan pribadi aja gak bisa beres, gimana mau ngurusin orang lain (ngomong sendiri). 

ayo semangat, bersama-sama. :)

"Godaan terbesar seorang pahlawan adalah menjadi orang yang biasa-biasa saja"
(Anis Matta)

Tidak ada komentar: