Jumat, 16 Agustus 2013

Ketika Juru Bicara pun Di kudeta

Dalam sambungan telepon dengan acara “Selamat Pagi Mesir” televisi pemerintah, Yahya Musa mengatakan,
“Saya saksi mata pada kejadian ini.
Saya berada bersama tim medis departemen kesehatan di tempat tersebut.
Saya akan bersaksi demi Allah dan demi sejarah.
Peristiwa yang baru saja saya saksikan adalah pembantaian. Benar-benar pembantaian, tidak ada kata yang tepat selain itu pembantaian.
Militer dan kepolisian telah membantai para pendemo damai. Para pendemo tidak memiliki apapun untuk membela diri. Mereka telah dibantai dengan darah dingin, setelah mereka kesulitan bernafas karena gas air mata. Ini yang saya saksikan beserta semua tim medis dan puluhan ribu orang yang saat itu berada di sana.”

Yahya Musa adalah juru bicara resmi departemen kesehatan. Ketika kesaksian di atas disebutkan, penyiar televisi pun tergagap-gagap, tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Tiba-tiba sambungan telepon “terputus”.
Mengetahui kejadian ini, saya sungguh heran bercampur kagum. Sungguh berani juru bicara ini. saya berusaha mencari orang tersebut untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi berkaitan dengan kesaksiannya.
Dengan bantuan para dokter lapangan di Rab’a Adawiyah dan persatuan dokter akhirnya saya bisa menemuinya.
Saya menemukannya di rumah sakit. Yahya Musa sudah tergeletak tak berdaya. Telah bersarang tiga butir peluru di badannya. Dua peluru di kakinya; dan satu peluru lainnya membuat jari tangannya harus diamputasi.
Saya menanyakan tentang kesaksiannya di televisi melalui sambungan telepon yang kemudian diputus. Dia menjawab, tidak satu kali diputus. Dia juga menelepon televisi yang lain, juga berakhir dengan pemutusan.
Tapi yang lebih mengherankan, karena kesaksian itu pejabat di departemen kesehatan memecat nya dari jabatannya sebagai juru bicara. Bahkan mereka menuduhnya telah mengaku-aku sebagai juru bicara.
Dia berani membuktikan bahwa dirinya telah bergabung dengan kantor departemen kesehatan sejak bulan November 2012, dan diangkat menjadi juru bicara resmi pada bulan Februari 2013. Dia sudah turut dalam pertemuan-pertemuan resmi di kantor, pertemuan kabinet, bahkan dengan presiden.
Oleh karena itu, dia bertekad akan terus memberikan kesaksian, dan membongkar kejahatan yang dilakukan departemen pasca kudeta. Misalnya tentang manipulasi angka korban. Pada pembantaian 5 Juli lalu, departemen kesehatan mengumumkan bahwa korban jiwa yang jatuh tidak lebih dari 10 orang, padahal kenyataannya 35 orang meninggal dunia. (msa/sbb/dkw)

”kami tidak mengandalkan Pemerintah Internasional, 

tetapi KAMI MENGANDALKAN RAKYAT SECARA UMUM DAN MEREKA YANG MENJAGA SERTA MENGHORMATI PRINSIP-PRINSIP KEMANUSIAAN yang berdiri bersama Mesir hingga jatuhnya kudet militer ini, karena pemerintahan Internasional terlalu tunduk pada banyak tekanan". 
(Ahmad Arief, Juru bicara Ikhwanul Muslimin)

"Anda tidak perlu untuk menjadi rakyat Mesir untuk bersimpati, anda hanya perlu menjadi manusia".
(Erdogan ketika sembahyang jenazah untuk ribuan para syuhada yang dibunuh semalam.)




Tidak ada komentar: