Sabtu, 13 Juli 2013

Tentang Doa

Ada sebuah kisah yang patut dicermati tentang doa, diceritakan Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam kitabnya Al-Hikam, kisah ini menceritakan tentang seorang ahli ibadah yang tidak siap dengan ter-ijabahnya doa yang dipanjatkannya.

Ahli ibadah tersebut berdoa memohon kepada Allah agar dikaruniai 2 potong roti setiap harinya tanpa harus bekerja. menurutnya dengan menerima roti tanpa harus berpayah-payah bekerja akan membuat ibadahnya semakin terjaga, semakin banyak waktu yang dapat ia habiskan untuk bermesra denganNya. dan Allah pun mengabulkan doanya. Namun cara Allah mengabulkan doanya sungguh diluar dugaan,
ia tertimpa fitnah dan harus mendekam di penjara, tiap hari ia menerima 2 potong roti untuk makanannya. 1 potong diberikan saat pagi, dan 1 potong tatkala sore.

lalu bagaimana reaksi sang ahli ibadah? ya, tentu saja ia terpuruk meratapi nasibnya, ia tak sadar bahwa masuk penjara ini adalah bagian dari terkabulnya doa yang dipanjatkannya. bukankah ia meminta diberi 2 potong roti tiap hari tanpa harus susah payah bekerja? bukankah ia juga meminta banyak waktu untuk bisa bebas beribadah kepadaNya? ya,, bukankah semua itu ia dapatkan dengan masuk penjara? namun rasa duka telah menutupi keinsyafannya. Tiap hari diratapinya nasibnya dengan penuh duka. 

Seringkali banyak pinta kita telah dikabulkan olehNya, tapi kita terhijab tidak menyadarinya. mungkin ketidakmampuan kita menyadari terijabahnya doa adalah karena buruk sangka kita pada Allah, kurang syukurnya kita, dan tidak tepatnya doa yang menyebabkan ketidaksiapan menerima paket paripurna pengabulan-Nya ketika Allah memperkenankan. ya, karena mengharap dikabulkannya doa, berarti juga mempersiapkan diri menghadapi segala konsekuensi yang mengiringi doa



Dalam doa, kita diperbolehkan meminta apapun yang disuka, namun YAKINLAH, Allah lebih tahu  tentang apa yang terbaik bagi kita. 
karena doa sebenarnya bukan memberitahukanNya tentang apa yang kita butuhkan, karena Allah telah dan lebih tahu yang terbaik untuk kebutuhan kita. tapi doa adalah bincang mesra padaNya. kembali melabuhkan hati pada satu-satunya tumpuan diri. dengan penuh kerendahan, penuh pengharapan, dan penuh ketundukan.

Maka mari terus berbincang hingga bukan hanya isi doa yang jadi kebutuhan, tapi berdoa inilah kebutuhan sejati kita terhadapNya. Semoga Allah bimbing kita senantiasa dalam berdoa

* inspirasi dari buku ust. Salim A. Fillah. di bulan penuh keutamaan ini, semoga diri dapat berbenah menjadi hamba yang disayangNya.

"Aku Ingin mencintai-Mu setulusnya, sebenar-benar aku cinta 
dalam doa.., dalam ucapan.., dalam setiap langkah.
Aku ingin mendekati-Mu selamanya, sehina apapun diriku..
berharap untuk bertemu dengan-Mu ya Rabbi"
(Edcoustic)

Tidak ada komentar: