Sabtu, 06 Juli 2013

Memakna Ramadhan


Kehidupan adalah "puasa" dari yang diharamkan-Nya. Jika saat Ramadhan kita begitu takut jika kumuran merasuk, harusnya sehati-hati itulah kita pada syubhat dunia.


Andai Ramadhan itu SISTEM, maka INPUT-nya adalah iman, PROSES-nya adalah puasa, dan OUTPUT-nya adalah takwa. jika berpuluh-puluh hari Ramadhan terlewati namun OUTPUT takwa belum tergapai, maka adakah yang error dari sistem kita? bisa jadi galat ada dalam PROSES-nya. maka mari benahi puasa kita. tapi jangan-jangan INPUT kitalah yang lebih tidak beres, iman kita lah yang harusnya diperbaharui.

Ada dua kebahagiaan bagi Ahli puasa, kala kini berbuka dan kelak saat Allah ulurkan Pahala. keduanya berasas kepercayaan dan tulus berharap pada Ridho-Nya.

"Yang paling kusesali," ujar Ibn Umar, "Siang panas tanpa sejuknya puasa, malam dingin tanpa hangatnya tahajjud". lalu kitapun malu. betapa syahdu penantian raga yang berpuasa untuk berbuka, lebih jelita lagi penantian hati yang beriman tuk berjumpa Allah di surga.

Allah menyingkap kesejatian kita dalam Ramadhan. ketika surga dibuka, neraka ditutup, syaitan dibelenggu, akankah nafsu masih seperti itu? mungkin kita harus malu pada syaitan, selain malu pula pada Allah dan diri. mungkin syaitan akan berdecak, "Jangan salahkan aku, tak ku godapun kau telah terjerumus"

Beratnya ibadah terasa, tapi jika semata Allah yang diadui, diharap, ditakuti, dan dicinta, ada tersabda, "pahalamu senilai kadar kepayahanmu".

Tak ada yang bisa kita pamerkan dari puasa, tidak awalnya sahur, tidak akhirnya buka, tidak lemasnya badan, tidak pula segarnya penampilan. puasa itu tarbiyah sunyi untuk bermesra dengan-Nya.

"Maka Puasa itu hanya untuk-Ku, Aku saja yang akan membalasnya" (Hadist Qudsi)

Nikmat berbuka kan sempurna bagi yang bersungguh-sungguh dalam berpuasa. begitu juga dengan pernikahan yang masa sebelumnya terjaga, begitupun surga setelah berketaatan di dunia.

"Puasa sejati adalah hijab yang Allah letakkan di lisan, telinga, mata, kemaluan, dan perutmu, tuk menabirimu dari api neraka", kata Ali ibn Husain.

mari lestarikan Ramadhan, semangatlah berinfak daripada berbelanja, semangat beribadahlah agar tak kalah dengan gairah berhura-hura, selamat merenda takwa :)

(edited from kultwit ust. Salim A. Fillah)

Tidak ada komentar: