Senin, 21 Januari 2013

Tegar dalam kelembutan, lembut dalam ketegaran

Kau mencintaiku
Seperti bumi Mencintai titah Tuhannya.
Tak pernah lelah Menanggung beban derita,
Tak pernah lelah Menghisap luka

Kau mencintaiku
Seperti matahari Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah Membagi cerah cahaya
Tak pernah lelah Menghangatkan jiwa

Kau mencintaiku
Seperti air Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah Membersihkan lara
Tak pernah lelah Menyejukkan dahaga

Kau mencintaiku
Seperti bunga Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah Menebar mekar aroma bahagia
Tak pernah lelah Meneduhkan gelisah nyala

      puisi ini mengingatkan saya akan cinta seorang ibu pada anaknya. seperti kata pepatah "cinta anak sepanjang galah, namun cinta bunda sepanjang masa"
just like my beloved mom as well

       suatu ketika keponakan saya sakit. kebetulan kakak saya dan anaknya ini sedang menginap beberapa hari di rumah karena ada acara (saya lupa acara apa tepatnya). mungkin karena sibuk dengan acara inilah, si kecil bintang (nama keponakan saya.red) jadi tersisihkan dan jatuh sakit akhirnya. saat itu bintang sakit panas sampai tubuhnya kejang. kami semua panik, terutama kakak saya dan suaminya. segera kami bawa bintang yang badannya sudah sangat lemah ke puskesmas terdekat. 
       Di puskesmas pun kondisi tidak terlalu membaik. tubuh si kecil masih kejang meski sudah di beri anti kejang. kami panik, saat itu saya masih duduk di bangku SMP dan saya tidak pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya. saya sangat panik kala itu. karenanya, perawat disana meminta saya menunggu diluar daripada semakin memperkeruh suasana (hehe, not helping at all) akhirnya saya hanya duduk di luar sambil berdoa. 
         Lalu tiba-tiba bapak saya menghampiri saya. beliau kelihatan tenang sekali. berbeda jauh dengan kondisi kakak saya dan kakak ipar. beberapa saat kemudian saya lihat keponakan saya sudah sadar dan tampak tenang dalam gendongan ibu saya. sementara kakak....mungkin perasaannya masih kalut. dalam hati saya bertanya "bapak ini kok bisa tenang banget gini liat cucunya sekarat!" batin saya agak kesal, penuh ketidakmengertian.
         ketika suasana sedikit membaik, bapak mengajak saya untuk mencari sarapan di sekitar puskesmas (maklum, karena kejadiannya mendadak pagi-pagi, akhirnya kami semua lupa sarapan, dan sayapun jadi tidak peka dengan bunyi perut yang keroncongan sejak tadi). setelah sampai di warung makan, sembari menunggu soto ayam datang. bapak mulai bercerita, "dulu waktu kamu kecil, bapak sudah sering banget mengalami kejadian kayak gini. panas sampai kejang-kejang. mulai usia 2 bulan sampai menginjak 5 tahun" ucap beliau. 
      Sebenarnya saya sudah sering mendengar cerita ini. tante, om, teman-teman bapak dan ibu, juga saudara-saudara yang menjadi saksi terjadinya peristiwa sakitnya saya (lebay mode: ON) sering menceritakannya. "kamu dulu pernah dipasang selang di hidung buat jalan masuknya makanan, pernah diberi bantuan pernapasan dengan tabung oksigen juga" cerita tante saya. "padahal waktu itu kamu usia 2 bulan" kala itu saya hanya menjawab dengan ber'oo...' panjang. tanpa bisa membayangkan, bagaimana perasaan kedua orang tua saya saat itu. padahal menurut cerita, ibu saya sangat kalut hingga ketika kondisi saya mulai kritis beliau selalu bertakbir dengan suara yang mirip lolongan. ayah sayapun tidak kalah paniknya. sangking paniknya hingga sholatpun tidak tahu arah kiblatnya.subhanallah...,  

Kau mencintaiku 
Seperti bumi Mencintai titah Tuhannya. 
Tak pernah lelah Menanggung beban derita 
Tak pernah lelah Menghisap luka 

saya gak membayangkan bagaimana jika saya berada di posisi mereka. 

ok, from now on, i'd like to tell you about my mom. #lagi pingin cerita tentang ibu,nih.gak papa yah?^^ 

       ibu saya, orangnya lovely banget. lucu, polos, friendly, but she is strong. 
beliau mengajarkan saya betapa sesungguhnya wanita memiliki kekuatan luar biasa dalam dirinya. wanita, meski lembut nampak luarnya namun ia bisa menjadi ksatria yang gagah untuk keluarganya, khususnya anak-anak sumber kebahagiaan bagi dirinya. 

Kau mencintaiku 
Seperti air Mencintai titah Tuhannya 
Tak pernah lelah Membersihkan lara 
Tak pernah lelah Menyejukkan dahaga 

    ibu saya mengajarkan bagaimanapun sulit kondisi yang menimpa kita, senyum harus terkembang, perjuangan harus dilanjutkan. karena diam tak akan merubah keadaan. 

       Sungguh kawan, 
       perjuangan hidup beliau tidaklah mudah. tapi beliau selalu tampak ceria. nampak gembira meski bahagia tak selalu menyapa. beliau sosok yang sangat menenangkan. apapun kesulitan di depan mata, jika beliau berkata 'enggak nak, hal itu nggak sesulit yang kamu sangka' saya akan percaya dan merasa tenang. meski kadang saya tahu, tak selalu ucapannya itu benar. 
           seperti suatu ketika, saat saya mendengar cerita betapa sakit rasanya melahirkan, bahkan dosen pun menjelaskan begitu lugas bahwa proses itu sangat menyakitkan, bahkan ditambah dengan bukti-bukti ilmiah dan pengakuan para korban #lho? para ibu yang sudah pernah melahirkan maksudnya (termasuk ibu kost saya, yang baru saja melahirkan) 
          saya lalu menceritakan hal itu pada ibu saya, dengan wajah meringis, ngeri membayangkan sakitnya saya bertanya 
"emang suaaakiiit banget ya bu?" tanya saya. 
          saya mengira jawaban ibu saya akan seperti kebanyakan jawaban ibu-ibu yang lain, yaitu "iya sakit banget, makanya jangan durhaka jadi anak". #atau jangan-jangan ini pikiran saya saja, kalau ibu yang ditanya anaknya akan menjawab seperti itu,hehe
ibu saya kemudian terdiam sesaat. nampak berpikir, mungkin kali ini tidak mudah bagi ibu untuk mengatakan "tidak terlalu" seperti biasanya, karena mengingat betapa sakitnya memang proses itu. tapi beberapa saat kemudian beliau menjawab 
"enggak kok nak, gak sakit..." jawabnya berusaha menenangkan, "gak terlalu sakit...." tambahnya. 
          saya tersenyum "bohooooong..." jawab saya segera.

          Jelas-jelas menurut teori sakit banget, batin saya. tapi sekali lagi, ibu berhasil menenangkan saya. meski saya tahu ucapan ibu tadi tidak sepenuhnya benar, meski saya tahu jelas ucapan ibu hanya untuk menghibur ketakutan saya, meskipun saya sudah mendengar dan mempelajarinya sendiri dari sumber yang lebih tepercaya. tapi secara ajaib saya langsung percaya, saya lebih meyakini ucapan ibu saya, bahwa melahirkan is not that bad like they said.  

Kau mencintaiku 
Seperti matahari Mencintai titah Tuhannya 
Tak pernah lelah Membagi cerah cahaya 
Tak pernah lelah Menghangatkan jiwa 

         Ibu, sosok yang mempesona dalam kesederhanaannya.
 tak jarang para sepupu saya menceritakan permasalahannya pada ibu, permasalahan yang bahkan tak bisa mereka ceritakan pada ibu mereka sendiri. mulai dari masalah pekerjaan, pribadi, hingga percintaan. pernah suatu ketika ibu bertanya "gak ada yang lagi PeDeKate gitu tah ke kamu?"
           pertanyaan yang spontan membuat saya ingin tertawa terbahak-bahak. bukan karena konten pertanyaannya, tapi karena gaya bicara beliau yang polos dan lucu sekali menurut saya. hmmm, mungkin ibu berpikir, ini sepupu-sepupunya aja sering curhat tentang masalah pacar, kok anaknya sendiri gak ada kabar berita,hehe. saya tersenyum, berusaha menutupi tawa tapi tampaknya ibu tahu, lalu beliaupun ikut tertawa  
"hehehe, lebay ya?"katanya sambil malu-malu. 

       Tawa saya sudah tidak dapat ditahan. lucu sekali rasanya mendengar ibu mengucap kata "lebay" dan "PDKT".  pasti tahu dari sinetron tivi nih, batin saya. akhirnya setelah tawa mereda, dengan berlagak sok cool di depan ibu saya jawab "gak ada buk"

"gak ada yang suka sama kamu tah emangnya?" tanya beliau lagi. 
"gak ada tuh" jawab saya pura-pura cuek, sambil diam-diam ngelirik kearah ibu, memperhatikan mimik mukanya. 

 "ooh..." kata ibu kemudian menyerah, nampaknya kecewa. 

"hehehe, tenang buk... tunggu tanggal mainnya" kata saya asal, moga-moga gak kualat. (maap ya buk, daripada bohong dan mem-PHP-in ibu sendiri). 

       Ibu saya orang yang lembut hatinya. hatinya sangat mudah tersentuh, sangat mudah menitihkan air mata. jika mendengar cerita atau curhatan orang lain, tak jarang air matanya mengalir. bahkan, ketika menonton acara di TV, yang menurut saya gak ada sedih-sedihnya sama sekali beliau juga meneteskan air mata. haduuuh, pernah beliau menangis waktu menyaksikan salah satu kontestan idola cilik, yang notabene baru diliatnya hari itu juga (ibu saya gak ngikutin acara itu sebelumnya) tereliminasi, dan menangis sambil meluk mamanya. saya bingung menyaksikan ibu saya menangis didepan TV 

"anak ini mirip Abin, kasian" katanya. 

      Abin adalah nama panggilan panggilan dari bintang, keponakan saya, cucu beliau. 
      walah.. ibu... ibu..., batin saya sambil tertawa guling-guling disampingnya. 
      Saya pernah menangis, protes kepadanya. saat itu saya ingin meluapkan kekecewaan saya pada beliau, kekecewaan yang sebenarnya merupakan kesalahan saya pribadi yang tidak memahami maksud ibu yang sesungguhnya. ketika hendak menumpahkan semua kalimat-kalimat itu, air mata sudah duluan membanjiri wajah, membuat saya tidak sanggup berkata-kata. ibu saya spontan juga menitihkan air mata. melihat saya menangis, tanpa lebih dulu mengetahui penyebabnya, tanpa saya mengatakan sebuah katapun sebelumnya, ibu saya sudah menangis, sedih melihat saya menangis. meski akhirnya kata-kata beliau kembali dapat menenangkan saya. 

Kau mencintaiku 
Seperti bunga Mencintai titah Tuhannya 
Tak pernah lelah Menebar mekar aroma bahagia 
Tak pernah lelah Meneduhkan gelisah nyala. 

       Ibu, 
ibu yang begitu lembut hati ini ternyata juga sosok yang sangat ceria. sosok yang kedatangannya selalu ditunggu oleh keluarga besar saya. 
"tante lucu mana nih, kok belum datang?" begitu biasanya keluarga besar kami memanggilnya. 

     Meski ujian hidupnya begitu berat, ibu tak pernah lupa untuk tersenyum, menebar kebahagiaan untuk orang-orang sekitarnya. karena senyum ibadah, karena senyum adalah bukti termudah bahwa kita bersyukur pada karuniaNya. 
       Ibuku, ibu yang ceria ini juga merupakan sosok yang sangat tegar, ia mampu berdiri tegak menghadapi semua ujianNya tanpa pernah menyerah. selalu kuat, betapapun beratnya, beliau selalu menjadi sosok pelindung yang paling dapat diandalkan bagi kami anak-anaknya. tak pernah ia biarkan kami merasakan getirnya ujian yang dia rasa 
        "cukup ibu yang merasakan, semoga Allah mengkaruniakan nikmatNya kepada anak-anak ibu" ucap beliau. 

        Thank mom, for being our guardian angel. 
Thank Allah, for send us the most beautiful angel ever. please give Your blessing to my parent, especially for my beloved mother. guide her to your rahmah, let us get together again in Your jannah. aamiin

Tidak ada komentar: