Senin, 14 Januari 2013

pesan cinta untuk kita

Bagaimana perasaanmu kawan, saat menerima sebuah pesan yang ditujukan untukmu? 
Bahagia, sedih, marah, takut,cemas? Yah,, mungkin saja. 

Orang pasti akan marah tatkala menerima surat kaleng berisi cercan dan hinaan untuknya, 
Orang mungkin cemas saat menerima surat tagihan hutang,
Seorang mahasiswa mungkin akan sedih, saat menerima surat keputusan DO dari kampusnya. 
Dan seseorang yang sedang jatuh cinta pastilah akan berbunga-bunga hatinya, saat menerima surat cinta dari sang pujaan hati. 

Lalu bagaimana denganmu,kawan? Pernahkah kau merasakannya, menerima pesan dari seseorang? 

Aku yakin, tak ada yang tak pernah merasakan. Ya, 100% aku yakin kita pernah menerimanya.
Aku yakin sekali, bukan karena kemajuan zaman saat ini, yang menjadikan pesan tidak lagi identik dengan torehan tinta diatas kertas, 
bukan karena meluasnya jaringan internet, yang menjadikan pesan dapat terkirimkan dalam waktu sekian detik tanpa selalu memerlukan jasa petugas pos. 

Karena aku yakin, pesan itupun juga tersampaikan kepadamu, pesan yang sama yang juga ku terima, dan seluruh umat manusia terima. “pesan cinta dari-Nya” 

Sebuah pesan disampaikan dengan harapan agar penerima segera menerima, serta menanggapi isi pesan tersebut. 
Itu pesan, yang sifatnya informatif, dikirim bukan sekedar untuk selingan atau koleksi bacaan. 

Tapi kawan, nampaknya hal itulah kesalahan kita. Ah tidak, mungkin kesalahanku saja yang tak benar-benar serius menanggapi pesan cinta-Nya. Padahal pesan itu begitu indah, susunan katanya begitu sempurna serta sarat makna. Hingga iapun bersumpah

“Katakanlah : ‘sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Q.S Al Israa’ : 88)



Apalah jadinya jika membeli barang elektronik tanpa dibekali petunjuk pemakaian? 

Bisa jadi akan disalah gunakan, bisa jadi alat akan cepat rusak, atau bahkan alat itu takkan bisa difungsikan, sia-sia, tak berguna. 

Apa jadinya hidup manusia tanpa Al-qur’an? Salah tujuan, merusak kehidupan, tak ada tujuan. Sia-sia, sama dengan nasib si barang elektronik. 

Satu lagi kawan, pesan itu.. tidak diamanahkan pada sembarang orang. Pesan sempurna itu disampaikan melalui sebaik-baik insan, Muhammad Salallahu ‘alaihi wa salam

Duhai, dialah manusia yang sejatinya harus kita cintai melebihi manusia lain di muka bumi. 
Sungguh, betapa beruntungnya mereka yang dapat membersamainya, memandang wajah mulianya, dan menikmati kasih sayangnya. Takkan ada yang tidak jatuh hati padanya jika mengenalnya. Manusia yang paling mendekati sempurna, yah. Paling mendekati sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik penciptanya. 
Beruntunglah mereka yang akan membersamainya di surga. Mungkinkah aku termasuk di dalamnya? Dengan kualitasku saat ini? Aahh... surga masih jauh. 

Hari ini aku disadarkan kembali tentang pesan cinta-Nya. Pesan yang tak hanya harus dibaca, meski membacanya saja telah mengalirkan pahala. pesan yang harus dipahami, dihafal, dan diterapkan. Selayaknya sebuah buku petunjuk penggunaan. Kau baca, kau pahami konsepnya, kemudian kau terapkan. Barulah alat dapat dioperasikan. 
Lantas. Sampai tahap manakah kita menanggapi surat cinta-Nya? 

Aku,kawan. Telah mewajibkan diriku untuk perlahan-lahan menghafalnya. seperti kita tau, begitu banyak keutamaan bagi mereka yang menghafalnya. 

“Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari dan mengamalkannya).” HR. Muslim. 

Namun, sering bisikan setan berhasil melunturkan usahaku untuk mengahafalnya. Apa yang sebenarnya menjadikan alasan bagiku? 
Sulit? Tidak...! 

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran" (QS. al-Qamar:17)


Disaat aku masih bergelut dengan alasanku, seorang anak gadis di suatu tempat sana juga mengalami keraguan yang sama. 
“akan ku hafalkan 15 juz saja” katanya. 

Hal yang sudah sangat luar biasa bagiku. Disampaikannya niatan itu kepada sang ayah. Kemudian ia mengambil wudhu, dan berbaring, bersiap untuk tidur. Ia sempatkan membaca surat al-Mulk sebelum tidur. Di dalam tidurnya ia bermimpi, bertemu dengan dua orang lelaki dengan wajah bermandikan cahaya. Sang gadis tertegun. Tak sanggup berkata. 

“Assalamu’alaykum..” sapa salah satunya. 

“wa’alaykumussalam” jawab sang gadis. 

“Saya Abu Bakar” kata sang lelaki lagi. 

Subhanallah..., siapa yang akan mengira bertemu dengan sahabat nabi yang mulia, yang selalu dipuji-puji Rasulullah semasa hidupnya. Diajaknya sang gadis memasuki sebuah bangunan yang mirip hajar aswad, dengan permata dan berlian sebagai penghiasnya. 

Lelaki berwajah cahaya yang lain, teman sang Abu bakar itu mengajaknya berbincang 

“mengapa kamu hanya ingin mengahafal 15 juz saja? Kenapa tidak 30juz? Bukankah Allah sudah memudahkan bagimu menghafal?” tanyanya. 

“saya tidak yakin bisa mengahafal 30juz, karena susah” jawabnya penuh kesederhanaan. 

“kenapa kamu bilang susah, padahal itu mudah?” tanya lelaki berwajah cahaya itu lagi.

 Akhirnya sang gadis hanya bisa terdiam. Sang lelaki pun kemudian mengajak gadis kecil itu keluar rumah, menuju sebuah sungai di dekatnya. Sang gadis kecil mengamati ada sebuah pohon disamping sungai. Mirip dengan pohon mangga. Tapi tak berkulit. Hanya daging buah, seolah siap untuk dimakan dengan semudah-mudahnya. 

 Sang lelaki berwajah cahaya mengajak gadis kecil itu sholat. Ketika selesai sholat, lelaki itu berkata kembali 

“Saya Nabi Muhammad” katanya. 

Gadis itu tertegun, hanya bisa bersholawat. Keduanya melangkah keluar menuju taman. Lalu Rasulullah kembali berkata 

“kalau kamu yakin mengahafal al-qur’an....” sang gadis kecil tertunduk menangis, tak sanggup meneruskan ceritanya. 

Rasulullah memberikannya sebuah surat padanya, yang tidak diijinkan untuk ditunjukkan pada orang lain. 

Air mata menitik. Duhai, betapa inginnya aku bertemu dengan Beliau. Lelaki mulia itu, sang penyampai surat cinta. Dia yang selama ini hanya dapat ku dengar kisahnya, yang begitu mencintai umatnya. 

Gadis kecil itu begitu beruntung dapat bertemu dengannya. 

Pantaskah aku, bahkan untuk sekedar memimpikannya? 

Tapi harapku tak pernah putus. Harus ku jaga, karena seorang muslim tak mengenal kata ‘putus asa’
Bukan karena kehebatan seorang muslim, tapi karena ada Dia yang selalu menyertai mereka.

Tidak hanya sekedar memimpikannya, tapi juga membersamainya di surga-Nya kelak, aamiin.

Tidak ada komentar: