Kamis, 20 Desember 2012

Bakso

      Teringat pengalaman di desa, ketika sedang kerja lapangan kemarin.
    di daerah sekitar tempat tinggal saya di desa, cukup banyak penjual bakso. (rujak juga ada), tp yang paling saya dan teman-teman favoritkan adalah baksonya pak bandi : D

      Selain baksonya enak dan murah, yang bikin kami demen nunggu-nungguin bapak ini tiap hari adalah keramahan dari penjual alias pak bandinya.

     lucunya, karena seringnya kami beli bakso ini (hampir tiap hari), teman-teman saya sampai bisa membedakan bunyi ketokan bambu milik pak bandi dan penjual bakso yang lain. 

          Tiap siang, setelah pulang dari kegiatan, kami pasti berkumpul di ruang tengah kos-kosan untuk menanti seseorang yang sangat kami harapkan, yaitu pak bandi. kalau sampai melewati jam 2 pak bandi tak juga lewat, kami langsung meng-sms beliau 

        "pak bandi, hari ini jualan kan? kami tunggu ya pak -mahasiswa KKN-" 
      
  dan segera pak bandi pun membalas sms kami, menjelaskan posisinya dimana dan perkiraan berapa lama lagi beliau akan sampai ditempat kita. (ternyata yang suka dengan bakso pak bandi bukan kita-kita saja ya?^^).

     Dalam keadaan lelah dan lapar seperti ini, walaupun ada penjual bakso lain yang lewat, kami tidak akan tergoda (hehe). tetap setia menunggu pak bandi (BFC, Bandi Fans Club) hihihi

         Hmmmm, pak bandi memang tidak tergantikan sebagai 'The king of bakso seller in Gading kembar' versi mahasiswa KKN gizi 2009' 

: D. 

        Semoga Allah melimpahkan karunia rizkiNya ya pak, yang Barokah pastinya. 

        Berbicara tentang bakso, saya jadi ingat, salah satu dosen saya pernah berkata. 
"hidup ini harus penuh perjuangan, kita bersakit-sakit dahulu baru kemudian mencicip enaknya di akhir perjuangan kita. sama seperti makan bakso, kalau makan bakso pentolnya kalian makan kapan?" 

"di akhir" jawab kami serentak. 

"kenapa?" beliau kembali bertanya. 

"karena yang paling enak, dokter" jawab kami serempak. beliau tersenyum kemudian kembali menerangkan 

 "ketika makan bakso, memang yang dimakan pasti tahunya dulu, gorengan, atau siomaynya. baru setelah itu pentol yang paling enak dimakan diakhir. sama seperti kita, kalau kita makan pentolnya dulu, akhirnya di akhir tidak ada lagi yang spesial. tinggal tahu dan kawan-kawan saja." (saya tidak bermaksud menentang para penggemar tahu loh ya, saya juga suka tahu,siomay, gorengan dan lain-lain^^) beliau melanjutkan

 "kalau hidup kita maunya enak-enaknya dulu, tanpa bersusah dan bersakit-sakit diawal, maka di akhir kita mungkin akan kecewa dengan hasil kerja kita yang tidak spesial".

 kami semua manggut-manggut mendengar penjelasan beliau tentang bakso #eh? 

 Tapi nampaknya dosen saya tersebut belum selesai dengan penjelasannya. beliau kemudian melanjutkan 

     "sama seperti pacaran. 
kalau pacaran dulu, ber-indah-indah dulu sebelum nikah, nanti akhirnya setelah menikah, rasa 'indah' itu tidak akan se-indah diawal ketika pertama kali berpacaran. karena 'pentol'nya sudah kalian makan duluan, 
     akhirnya yang tersisa tinggal tahu,dan lain-lain. tidak ada yang spesial, yang dinanti nantikan. makanya kesimpulannya...., makan pentolnya di akhir saja ya" terang beliau yang langsung disambut dengan tawa kami semua. 

  sampai sekarang, ketika saya makan bakso saya selalu teringat beliau.



   suatu saat ketika makan bakso bersama dengan teman saya, saya iseng bertanya "pentolnya kamu makan kapan?" 

 "nanti, di akhir. kenapa emang?" jawabnya. 

 saya tersenyum teringat dosen saya. "gak papa, nanya aja" jawab saya.

Tidak ada komentar: