Rabu, 28 Desember 2016

Tentang Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)

This article is so true! I really need to repost this. And please kindly read it with an open minded heart :)

. . .

Ada tidak ya, orang yang tidak pernah kuliah di fakultas kedokteran, tidak pernah belajar ilmu kedokteran sama sekali, lalu tiba-tiba datang ke rumah sakit, ketemu sama dokter bedah yang telah kuliah ilmu kedokteran sekian tahun dan jadi dokter puluhan tahun, lalu dia mengkritik dan membully dokter itu, "Dok, bukan begitu cara menangani pasien. Dok, bukan itu obatnya. Dok, jangan sembarangan ngasih resep obat.."

Ada tidak ya? Saya rasa tidak ada kecuali orang itu terkena gangguan mental.

Nah lucunya, banyak orang Islam yang nyinyir dan rewel mengkritik fatwa MUI, termasuk terkait larangan muslim menggunakan atribut natal. Mereka muslim tapi pada gerah dengan fatwa ini. Mulai dari kalangan politisi hingga netizen kurang kerjaan spesialis bully dan caci maki di medsos.

Padahal..
Ilmu agama tidak paham.
Baca kitab hadist belum tamat.
Baca kitab fikih bab Thaharah saja belum kelar.
Jangankan tafsir Qur'an, terjemahan pun tidak. Cuma tau benang merah Qur'an #eh
Baca kitab gundul tidak bisa.
Bahasa arab tau nya cuma "ana antum akhi afwan wassalam"
Belajar agama cuma dari google.

Lalu tiba-tiba mengkritik fatwa ulama? Hallo...anda sehat?

Jika ditegur, ia menjawab, "Memangnya ulama tidak boleh dikritik?"
Boleh. Tapi anda siapa?
Ambil cermin, coba ngaca. Biar tau diri.

Lihat! Ini sangat rasional. Anda tidak mungkin berani mengkritik seorang dokter terkait ilmu kedokteran jika anda bukan ahli ilmu kedokteran. Tapi kenapa anda sewot mengkritik ulama padahal anda bukan ahli agama?

Belajarlah agama yang benar. Ngaji. Datangi majelis ilmu. Baca kitab. Rasakan sulitnya menuntut ilmu. Menuntut ilmu agama wajib bagi setiap muslim. Jangan rewel sama ulama.

Bangsa ini rusak karena banyak orang yang suka rewel dan sok ikut campur dalam bidang yang ia bukan ahlinya. Dan mencampuri wewenang ulama (dalam masalah fatwa) bisa berakibat fatal. Melawan ulama adalah musibah besar.

MUI menghimbau jangan pilih pemimpin kafir, ia sewot.
MUI keluarkan fatwa Ahok menistakan agama, ia sewot juga.

Selalu rewel dan sewot sama MUI melebihi emak-emak yang lagi ngerumpi.

Saya merasa ini semacam gangguan mental akut yang barangkali bisa diruqyah.

Saudaraku.
Ulama adalah pewaris kenabian. Mereka tidak berfatwa dengan hawa nafsu.
Mereka adalah orang yang takut pada Allah,

"Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama" (QS Surat Fathir: 28)

Mereka berfatwa dengan ilmu. Dengan hujjah. Dengan dalil.

Mereka belajar agama puluhan tahun. Ada yang hingga ke timur tengah. Mereka ahlinya. Mereka sudah mengeluarkan fatwa diantaranya HARAM mengucapkan selamat natal dan HARAM menggunakan atribut natal.

Maka ikutilah mereka. Berdirilah bersama ulama di zaman fitnah ini agar kita selamat dunia akhirat.

Jangan berdiri bersama barisan orang-orang rewel yang tidak tau diri itu. Jangan berdiri bersama para "pelacur pemikiran" dari kalangan liberal sekuler yang menyesatkan umat dengan dalih "Toleransi".

Kalau kita mau tau konsep toleransi yang benar, tanya sama ulama. Baca Qur'an. Jangan tanya sama "Pelacur pemikiran" dari kaum liberalis yang suka mencela ulama dan pandai bermain kata. Karena Islam adalah agama yang penuh dengan toleransi dan ulama adalah yang paling tau tentang itu.

Jangan remehkan masalah agama. Banyak orang yang meremehkan masalah agama. Jika keluarganya sakit kanker, ia pasti cari dokter terbaik biar keluarganya sembuh. Tapi kenapa ia tidak mau cari uztad terbaik (yang benar-benar ulama, paham agama) untuk menyembuhkan ia dari penyakit kebodohan dalam hal agama? Kenapa mengambil ilmu agama dari uztad selebritis di tv yang "fatwakan" boleh pilih pemimpin non Islam? Kenapa ngambil ilmu agama dari kiay liberal? Kenapa bertanya tentang agama dan toleransi pada cendekiawan muslim liberal yang nyantri di negeri kafir yg bolehkan ikut natalan bersama? Kenapa ngambil ilmu dari postingan uztad gadungan di akun fb?

Ini aneh..

Bertanyalah kepada ahli Ilmu jika memang kamu tidak tahu (QS. An Nahl: 43)

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur (benar)!" (At-Taubah:119)

Wallahu'alam.

Rezki Fadillah
(Bukan Uztad. Bukan ahli agama)

Tidak ada komentar: