Rabu, 11 April 2012

prosesmu yang menentukan hasilmu

         "Kebahagiaan tidak terletak pada cara memulai atau mengakhiri sebuah perjalanan, tapi pada bagaimana menikmati sebuah proses," kalimat yang saya kutip dari tweet Asma Nadia ini benar-benar mengena sekali bagi saya. Betapa bahagianya hidup jika setiap proses kehidupan yang kita alami dapat kita maknai dan syukuri.


          Sebuah ‘proses’ bisa jadi akan menyita lebih banyak waktu kita dibandingkan ‘hasil’nya sendiri, sebuah ‘proses’ lah yang mungkin yang akan menentukan kualitas dan kapasitas diri kita yang sebenarnya, sebuah ‘proses’ lah yang mungkin memutuskan, apakah kita layak menggapai surgaNya atau terjungkal ke neraka.


                Tengoklah kisah ibrahim As, Nuh As, atau Luth As. 
Jika sebuah ‘hasil’lah yang jadi penilaian mutlaknya, pastilah Ibrahim akan di-cap sebagai anak yang gagal, Karena gagal mengajak ayah kandungnya memeluk islam. Luth akan di-cap sebagai suami yang gagal, karena istrinya sendiri tak luput dari azab Allah, dan Nuh, akan di-cap sebagai ayah yang gagal karena tidak bisa memasukkan anaknya ke dalam golongan pengikut-pengikutnya yang beriman. tapi mereka tetaplah para nabi yang mulai di mata Allah subhanahu wa ta'ala

               Kembali pada pembahasan menikmati ‘proses’. Contoh nyatanya adalah ketika seorang mahasiswa merasa ingin segera lulus dan bekerja. Ia merasa masa-masa kuliah adalah hari-hari berat penuh kesibukan. Ia ingin cepat-cepat berpenghasilan dan bebas dari tuntutan belajar. Namun yang terjadi ketika menjelang kelulusannya, ia berpikir bahwa alangkah bahagianya menjadi seorang mahasiswa, yang tidak perlu memikirkan tanggung jawab sebagai manusia produktif yang harus segera bekerja di dunia baru yang akan jauh lebih berat.
            Kerugian yang dialami mahasiswa ini adalah, ia kehilangan masa ‘proses’nya. Kehilangan kesempatan memaknai dan mensyukurinya, kehilangan kesempatan untuk bekerja dengan sepenuh hati dalam tiap usahanya, yang pasti di setiap jerih payahnya itu akan dinilai sebagai ibadah yang akan mendekatkannya pada ridho dan nikmat Allah.
       Saudaraku sekalian, dalam menanggapi sebuah ‘hasil’, tentu setiap orang memiliki pandangan dan penilaian berbeda mengenai tingkat kesuksesan atau keberhasilannya. Namun bagi seorang muslim, ‘hasil terbaik’ adalah ketika segala aktifitas dan usahanya akan semakin mendekatkan dirinya pada ridho dan rahmat Rabbnya, Allah Azza wa Jalla. 

Waaah, hanya itukah?

Ya, memang hanya itu tujuan hidup kita. Namun, ridho dan rahmat inilah yang akan mengantarkan kita meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.

Di akhirat?

Ya, pasti. Karena negeri akhirat jauh lebih indah dan lebih kekal. Sementara dunia hanya ibarat tempat singgah sementara untuk mencari bekal meraih akhirat.

           Namun saudaraku, dalam islam kita tidak diperintahkan mementingkan akhirat saja, tapi melaksanakan pula amanah di dunia. Dunia juga diperlukan untuk menyokong bekal akhirat kita :)

       Kembali kepada pembahasan ‘hasil’, ternyata hasil terbaik itu tidak selalu berdasarkan apa yang akhirnya kita dapatkan, tapi juga dinilai dari ‘proses’ memilihnya, dan keikhlasan dalam menerima dan menjalani konsekuensi pilihan tersebut.


          Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah:105)

Wallahu ‘alam 

Tidak ada komentar: