Kamis, 11 Juni 2015

Dalam perjalanan

Ada kabut putih disepanjang mata memandang.
Suasana senyap, aku benci pekat!
Sesekali langkahku terhenti, menoleh kembali ke belakang. 
"Alangkah baiknya jika aku kembali saja. Ke pondok kecilku yg nyaman", selintas pikirku kemudian.
Ah..,,Tidak bisa! Kini tak ada pilihan selain terus melangkah.
Tapi bagaimana jika nanti ku binasa? Tak ada jaminan ku kan selamat hingga ujungnya.
Bukankah sama saja? Tetap disini pun bukan suatu solusi, karna perlahan jiwaku bisa mati.
Ku mohon sadarlah wahai diri! Jejak kaki yang perlahan pudar bak erosi bukan untuk disesali.
Adalah suatu ketetapan matahari berevolusi memisahkan hari demi hari,
Pun suatu keniscayaan kegelapan yang hadir meneduhkan teriknya terang, selayaknya terang yang hadir tepiskan suramnya malam.
Mengapa harus bertanya mengapa, jika semua terukur cermat dalam neracaNya?
Mengapa pula harus keluhkan "andai saja", jika yang terbaik sudah tertulis dalam ketetapanNya?
Wahai hati teguhlah,
Wahai kaki teruslah melangkah,
Wahai diri tersenyumlah,
Kuatlah, yakinlah, berusahalah tanpa kenal lelah, bosan, dan menyerah.
Setebal apapun kabut ini, ia kan sirna jua
Sepekat apapun ia, suatu saat kan datang cahaya,
Yakinlah, sepanjang kakimu terus melangkah, sepanjang dirimu terus berupaya,
Suatu saat kan kau dapat jawabnya.
Tak perlu kau kabarkan pada siapa, tak perlu kau rincikan bagaimana,
Cukup kau yakini, "Ia Maha Tahu segalanya"


'Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir' (Qs.Yusuf:87)

Tidak ada komentar: