Senin, 06 Juni 2011

semua orang adalah guru kita

Puisi ini saya kutip dari buku ‘Dalam Dekapan Ukhuwah’ karya ustadz Salim A. Fillah.
Membacanya membuat saya menyadari, bahwa setiap orang disekitar kita, baik yang antagonis maupun protogonis,
 Semua.
Yang menurut kita benar, bahkan yang salah.
Yang membuat kita ingin meniru dirinya,
maupun yang membuat kita bersyukur tidak menjadi dirinya, memang seharusnya berada disana,
 Di sekitar kita.
 Untuk membuat kita sadar dan memahami bagaimana menjadi bijaksana ^,^


.....................


Tanah Gersang
Dalam hubungan-hubungan yang kita jalin di kehidupan,
Setiap orang adalah guru bagi kita.
Ya, setiap orang. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat. Betapapun yang mereka berikan kepada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana. Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.
Mereka mungkin tanah gersang. Dan kitalah murid yang belajar untuk menjadi bijaksana. Kita belajar untuk menjadi embun pada paginya, awan teduh bagi siangnya, dan rembulan yang menghias malamnya.
Tetapi barangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang. Lebih gersang dari sawah yang kerontang. Lebih cengkar dari lahan kering di kemarau yang panjang. Lebih tandus dari padang rumput yang terbakar dan hangus. Maka bagi kita sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.
Seperti matahari yang tak hendak dekat-dekat bumi karena kawatir nyalanya bisa memusnahkan kehidupan. Seperti gunung api yang lahar panasnya kelak menjelma lahan subur, sejuk menghijau berwujud hutan.
Dan seperti batu cadas yang memberi kesempatan lumut untuk tumbuh di permukaannya. Dia izinkan sang lumut menghancurkan tubuhnya, melembutkan kekerasannya. Demi terciptanya butir-butir tanah. Demi tersedianya unsur hara agar pepohonan berbuah
(Salim A. Fillah; Dalam Dekapan Ukhuwah)

Tidak ada komentar: