Tampilkan postingan dengan label my story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label my story. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 September 2017

Saat aku menuliskannya

Saat aku menulis kalimat-kalimat yang terlihat sok bijak. Kadang, aku bukan sedang menceramahi dirimu, justru aku sebenarnya sedang menguatkan diriku sendiri.
Saat aku menulis kalimat-kalimat galau. Bukan selalu aku sedang terpuruk, aku hanya sedang menikmati proses yang pernah kulalui. Hanya menghibur diri.
Saat aku menulis kalimat-kalimat yang terkesan garing, memaksakan terlihat lucu. Aku bukan sedang mencoba membuatmu tertawa, aku hanya sedang berusaha menertawakan diriku sendiri.
Tulisan-tulisan itu kadang kusampaikan untuk menampar diriku sendiri. Untuk menghibur diriku sendiri. Meski aku kadang terlihat seperti mengatakan pada orang lain. Aku hanya sedang mencoba, mendengarkan diriku seolah-olah mendengarkan orang lain.
–boycandra

Minggu, 06 Agustus 2017

BFF



Tidak semua yg tersenyum pada kita itu teman, dan tidak semua yang menyakiti kita itu musuh.
Tidak semua yang bermanis-manis ria kepada kita itu sahabat, dan tidak semua yang berkata tegas, terasa jleb, sakit itu lawan.
Poin dari nasehat lama ini bukan menyuruh kita agar suuzon dengan orang-orang; melainkan agar kita paham, bahwa sesuatu yang kita sukai belum tentu baik bagi kita, pun sebaliknya, sesuatu yang kita benci, boleh jadi sangat baik bagi kita.
-Tere Liye-

Sahabat sejati memang bukan mereka yang hanya mau membela saat kita benar, tapi juga meluruskan saat kita salah.
Alhamdulillah,, puji syukur pada Allah yang telah menganugerahkan saya begitu banyak sahabat yang mau bersabar berteman dengan saya selama ini 😅
Alhamdulillah, mereka juga tidak pelit memberikan saran dan teguran saat saya mulai melenceng. 
Dari yang pakai bahasa halus macam "afwan ya ukht, jangan tersinggung tapi menurut ana anti itu begini dan begitu...."
Sampai yang bahasa tanpa perlu difilter macam "duh...ancen yoh butuh kesabaran berteman denganmu iki. Ish!" 😂😂😂
Tapi percayalah apa-apa yang mereka utarakan itu memang benar adanya untuk kebaikan saya. Mau apapun bentuk bahasanya tapi maksudnya kan sama : because i care about you so i want you to be better *ciyee

Jika padamu ada kawan baik yg membantu ketaatan, 
Genggamlah erat dia di tangan. Sebab memperoleh sahabat sebenarnya amatlah sukar, adapun berpisah sangatlah mudah"
-Asy Syafi'i

Saranghae chinguya~ 🙆🙆🙆


Minggu, 02 Juli 2017

Hi bloggie!

Hi bloggie!^^
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin dibagikan belakangan ini tapi....niat berbagi pupus terkalahkan dengan rasa malas dan lelah, dan berakhir membuka youtube dan sosmed *astaghfirullah...ckckck

By the way, tidak terasa sudah 7 tahun berlalu semenjak blog ini pertama kali saya buat. Tepatnya tahun 2010 silam saat masih jadi mahasiswa baru.

Ketika itu saya disarankan mbak army yang baik hati (begitu kalau tidak salah usernamenya kala itu) untuk membuat blog karena saya bercerita saya suka menulis. Tapi belum jelas arah tulisannya kemana, terus masih gak karuan juga tulisannya.
Kata mbak Army 'udah dibiasain aja dulu nulis. Nulis apa saja, asal disempatkan tiap jangka waktu. Biar semakin terlatih dan terasah.

Akhirnya jadilah blog ini saya buat.
Awal niatnya cuma iseng sampai akhirnya...tetep iseng sih. Hahahaha 😂

Sebenarnya blog ini ingin saya buat semacam diary atau buku catatan buat saya pribadi, supaya di suatu hari nanti saat saya buka-buka ulang postingan saya ini, blog ini bisa jadi pengingat dan motivasi atas apa yang pernah saya dapat dan lalui.

tapi kadang terpikir juga, kalau seandainya kita bisa menulis sesuatu yang bermanfaat, berguna lalu bisa menginspirasi dan diamalkan orang lain kan keren jadinya. Seperti saya yang kemudian menemukan jalan hidup melalui buah karya seorang penulis.

Dan dengan demikian kan saya dapat pahala juga. *Aamiin...
tapi kayaknya masih jauh banget ya antara kenyataan saat ini dengan keinginan dan impian.
Yaa... tak mengapa. Yang penting terus berupaya
*ngomong opo toh di...di...

So, 7 tahun bukan waktu yang sebentar. Banyak kejadian yang mengubah dan membentuk diri saya, dari awalnya anak remaja yang baru lulus SMA jadi seorang manusia dewasa. Dan harus saya akui, gak ada yang sesuai prediksi saya sebelumnya. Hahahahahaha

Tapi mashaa Allah ya, Allah memang yang paling tahu yang terbaik bagi kita. Jadi ingat tulisan awal di blog ini. 'Hidup itu ibarat puzzle'

Ya memang benar sekali hidup ibarat puzzle yang belum terselesaikan. karena belum selesai, jadi belum tahu akhirnya, karena belum tahu maka kita harus terus mencoba dan berusaha. Esok lusa akan kita pahami juga.

Yang jelas, saya masih setia dengan prinsip saya dulu: berusaha menjalani hidup yang tidak membuat kita menyesal dikemudian hari.

Dan dalam hal ini saya punya beberapa cerita yang....ehem! Kembali mengingatkan saya bahwa puzzle hidup kita ini adalah Allah yang punya kuasa. Jadi banyak- banyaklah berdoa padaNya. Tentu saja doa dan dijemput dengan gerak upaya.

Contoh kisah nih:
Dulu saat menjelang lulus SMA saya pernah membuat peta konsep hidup saya pasca SMA *begaya

Saya tulis semua impian dan cita-cita. Punya bisnis sendiri, nulis buku, punya butik, bikin sekolah plus asramanya, dll. Pun demikian dalam berdoa sudah banyak sekali permintaan-permintaan yang saya mohonkan.
Mulai dari yang realistis sampai yang gak pake mikir *lol

Daan...peta konsep itu berakhir terlupakan bertahun-tahun. Dan baru-baru ini ditemukan oleh ibu saya dan di baca (malunyaaa...!!! *yasudah tapi mau gimana lagi). Akhirnya setelah bertemu lagi dengannya saya semakin malu
Yaelah ini anak abege bagus banget karangan indahnya yak? 

Malu karena pada akhirnya saya belum menjamah sama sekali impian-impian saya itu saat saya lulus kuliah. Sempat berpikir "pada akhirnya hidup saya ya gini-gini aja".
Tapi saya mulai berpikir ulang saat saya menonton salah satu acara yang cukup menginspirasi saya.

"Hey! Kamu masih 20an tahun. Masih panjang perjalananmu *inshaa Allah. Belum juga 40 tahun!. Baru juga masuk tahap dewasa awal, baru juga masuk ke komunitas masyarakat. Gak dianggep anak-anak lagi maksudnya

JUSTRU saat ini adalah titik awalmu. Saat kamu gak lagi terikat dengan tugas belajar, saat 24 jam waktumu bebas kamu manfaatkan. Kenapa nggak coba dijalankan?

Berhasil enggak urusan nanti yang penting toh USAHA. Bekerjalah biar nanti Allah yang melihat dan tunjukkan hasilnya entar (QS.At-Taubah: 104)

Ya begitulah, akhirnya sedikit-sedikit saat ini saya mencoba 'menyicil' untuk menggapai cita-cita yang tertunda. Doain ya,,
Paling enggak, pun seandainya Allah punya rencana lain buat saya, saya sudah membuktikan bahwa saya sudah berupaya memperjuangkan impian saya. Gak cuma berandai-andai saja.
Jadi paling tidak saat usia saya mencapai 40 tahun *inshaa Allah dan anak-anak saya bertanya "ibu dulu cita-citanya apa?"
Saya gak akan dengan sesal atau mata menerawang menjelaskannya. Tapi dengan mata berbinar dan senyum kepuasaan atas upaya saya memperjuangkannya.

Mudahkah? Tentu saja....enggak!! Perlu banyak usaha,ikhtiar yang tak berputus. Butuh mental baja. Butuh baaanyaaakkk perjuangan dan upaya.
Ya wajar sih ya. Kan katanya 'there is no growth in a comfort zone'
Walaupun kadang masih sering capek, males dan nangis (saat keluar alaynya) tapi....yah semoga saya bisa terus bertahan!

Apa cukup dengan usaha?
Tentu tidak. Doa itu lho sebenarnya senjata utamanya. Doa-doa kita inilah yang bisa mengubah takdir atau ketetapan Allah atas kita *jika Allah meridhoinya.
Walaupun sebenarnya Allah sudah tahu apa yang kita maksud dan inginkan, tapi sebenarnya Allah suka dengan hambaNya yang intens berkomunikasi dan mengingatNya.
Allah sayang dengan hamba yang tawadlu dan merendah serta sadar bahwa segala ikhtiar dan upaya itu hanya bisa GOAL dengan ridhoNya semata. *diah...ileng di! Ojo males males dungo!!

Tapi bener lho. Allah akan mengabulkan tiap pinta kita JIKA hal itu memang yang terbaik untuk kita. Sayang kadang karena tak selalu timing pengabulannya itu kita duga, akhirnya kita lupa dengannya. Akhirnya lupa bersyukur juga.
* ini juga tamparan banget bagi saya.
Akhir-akhir ini saya ribut menggalaukan sesuatu. Tapi saat saya baca lagi peta konsep impian SMA saya dulu, saya jadi tersadar...
"HEY,, Bukannya itu memang yang pernah kamu minta?"

Astaghfirullah,,, emang ya. Allah lebih tahu tentang kita dibanding diri kita sendiri.

Begitulah....postingan panjang nan tidak fokus kali ini. Semoga bermanfaat *jika ada. Ada sih mungkin, buat saya pribadi saat membaca ulang agar memotivasi. Hehe

Se-ma-ngat!!

Sabtu, 18 Maret 2017

masa

Hari ini saya dapat kiriman foto adek-adek akhwat di kampus. semua tampak cantik dengan senyum manisnya ,hanya sayangnya....wajah-wajah itu..sudah tidak ada yang saya kenali. hahahaha...
 
Baiklah sebenarnya ada satu orang yang saya kenali, dan dia sudah tergolong sang 'senior' di kumpulan itu. adik yang sebenarnya hanya saya tahu sekilas. kenal sebentar di bulan-bulan akhir menjelang kelulusan saya. saat itu si adik masih mahasiswa baru yang polos dan lugu. tapi sekarang dia sudah menjadi public figure kampus. pembicara disini dan disitu, tampil disini dan disana.
 
Hehh....waktu sungguh sangat cepat berlalu. setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. Yap, itulah kenapa kaderisasi adalah suatu keniscayaan. kaderisasi itu perangkat utama dari amal jariyah.  meski si pelaku silih berganti, tapi niat dan amalnya tetap berlanjut.
 
Lihatlah meski saya tidak lagi mengenal mereka, tapi saya kenal betul jaket hitam yang mereka kenakan itu. jaket hitam dengan desain sederhana yang dari tahun ke tahun tak pernah ada perubahan. tidak ada perintah untuk tak mengubah sebenarnya. hanya saja, dengan tetapnya desainnya jadi seolah menyatukan kita. menyatukan saya dengan mereka. karena jaket yang mereka kenakan juga sama persis dengan jaket yang saya punya. Ish kariman Aumut Syahidan.  hidup mulia atau mati syahid. serem ya? hehe...awalnya saya juga berpikir demikian. kok gitu amat nih motto ya? serasa ngajakin mati gitu...hiiyyyy!!!
 
tapi enggak demikian maksudnya. jadi, hidup ini kan pilihan. saya mau hidup seperti apa dan mau jadi apa itu terserah kita. nah jika hidup ini pilihan, mengapa kita tidak memilih hidup menjadi orang mulia? bukan mulia karena harta atau kedudukan, tapi mulia karena amal perbuatan kita, karena akhlak atau perilaku kita, dan karena ibadah. tak peduli kita miskin atau kaya, saat tua maupun muda, kita selalu punya kesempatan untuk menjadi manusia mulia, mulia  dimata Tuhan, bukan sekedar anggapan manusia.
 
dan tak hanya hidup, matipun menyediakan beberapa pilihan. mati dalam kondisi terlaknat, atau khusnul khotimah?. setiap yang bernyawa akan mengalaminya, kematian. jika tiba saatnya, kita tidak akan sanggup menundanya walau sedetik. nah, jika dalam hidup saja kita memilih yang terbaik, mengapa saat mati kita tidak memilih mati dalam kondisi terbaik? dan sebaik-baik kondisi saat kita mati adalah mati syahid, yang dijamin surga, yang dijamin diampuni dosa-dosanya. siapa yang tidak menginginkannya kawan?
 
maka sungguh indah bukan, makna tulisan yang tertulis dijaket hitam itu, Ish kariman, aumut syahidan. hidup mulia atau mati syahid.
 
dan tentu yang juga tak kalah meaningful adalah tulisan yang tertera di bagian punggung si jaket hitam, keluarga besar muslim fakultas......Universitas.....
dibanding menuliskan nama lembaga kami, tulisan keluarga besar muslim itu sungguh menyentuh sekali. menandakan lembaga ini bukan milik anggotanya saja, tapi semua civitas akademia. jaket itu bukan jaket lembaga, tapi jaket seluruh civitas muslim fakultas. karena kita semua saudara, tak ada yang lebih baik atau lebih sholeh, semua bersaudara, semua satu keluarga. ahh.... jadi makin bangga memakainya.
 
btw, ini kenapa jadi bahas jaket ya? hehehe. namanya juga curhat. jadi apa yang terlintas ditulis saja. 
 
mengarungi samudera kehidupan,
kita ibarat para pengembara,
hidup ini adalah perjuangan,
tiada masa tuk berpangku tangan
 
*S.E.M.A.N.G.A.T.!!!! 
 


Sabtu, 31 Desember 2016

From Mother To Daughter

Malam-malam nemu lagu ini. Aah...saya memang selalu sensitif kalau membahas topik ini : Mother's love.

I always hope that my mum never getting old. I want her to stay young, beautiful, and strong. When i was child my uncle teased me a lot about my mum will getting old one day, and it will be hard for her just for lifting the spoon. And i would end up crying a lot after that. It was just a joke back then. 

But one night, when she was sleeping beside me i looked her face closely and found out that she's getting old already. Even tough she still looks pretty but yeah,, it remind me that..my time to be together with her is limited and i still can do nothing for her. I wanna be a daughter that can make her the happiest person on earth but until now, what have i gave to her is only a problem. 

hope that God will give us chance to make our mother happy before they left us later. Aamiin 😔😔😔


From Mother To Daughter
(English Translation)
I thought I had just closed my eyes for a brief second
But I've already become old
I thought you would always be a little child
But you're already grown

I still don't know life very well
So I don't have much to say to you
But with this heart wishing you more happiness
I search inside my chest for words to tell you

"Go study" no, that's too mundane
"Always be kind" no, even I couldn't do that
"Love no, that's a hard thing to do
Find your own way in life

I thought I had lived life long enough
But I'm only 15 years old
I wanted to always be that lovely daughter of yours
But I'm already so unlovable

I still don't know life very well
So I have a lot of things I want to learn
But when you just keep repeating the same words to me
I shut the door to my heart more tightly

"Go study" I know how important that is too
"Always be kind" can't you see I'm trying?
"Love" I don't want to hurt myself further
Just let me find my own way in life

"Go study" no, that's too mundane
"Always be kind" no, even I couldn't do that
"Love no, that's a hard thing to do
Find your own way in life

Can you forgive me for not being a better mother?
Can you promise me that you'll be a better mother than me?

Credits:

Eng - WNR KGYONG (Youtube) (Reddit)







Rabu, 07 Desember 2016

Pejalan Kaki dari Ciamis

Sebuah tulisan yang tulus dibuat Joni A. Koto, seorang alumnus ITB. Kisah ini, sudah diskenario oleh Alloh bagi seorang Joni A Koto, Arsitek Urban planner, alumni ITB '93.

Berikut tulisannya setelah saya edit seperlunya:

Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari kehidupan. Bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dengan apa yang dipunya dan sedikit jalan-jalan menikmati dunia.

Saya anggap orang yang maju dalam agama itu adalah yang berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatik akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool. Janganlah sesekali dan ikut-ikutan jadi orang norak. Ikut kelompok jingkrang-jingkrang dan entah apalah itu namanya.

Saya tak ikut aksi bela agama ini itu, kalian jangan usil. Jangan dengan kalian ikut saya tidak, artinya kalian masuk syurga saya tidak! Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal. Saya bantu orang-orang, bantu saudara2 saya juga,jangan kalian tanya-tanya soal peran saya ke lingkungan. Kalian lihat orang-orang respek pada saya, temanpun aku banyak. Tiap kotak sumbangan aku isi.

Saya masih heran, apa sih salah seorang Ahok? Dia sudah bantu banyak orang, dia memang rada kasar, tapi hatinya baik kok. Saya hargai apa yang sudah dia buat bagi Jakarta.Saya anggap aksi ini itu hanya soal politis karena kebetulan ada pilkada. Saya tak mau terbawa-bawa arus seperti teman-teman kantor yang tiba-tiba juga mau ikut aksi. Saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari-cari sensasi. Paling juga mau selfie-selfie.

Sampai satu saat....
Sore itu 1 Desember 2016, dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat miting, dalam alunan musik barat saya berpapasan dengan rombongan pejalan kaki. Saya melambat, mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih-putih, rompi hitam dan hanya beralas sendal. Muka mereka letih, tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah-wajah itu. Mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yang mau melintas. Tidak ada yang teriak, berlaku arogan dan aneh-aneh atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazah yg ugal-ugalan. Ini aneh, biasanya kalau sudah bertemu orang ramai-ramai di jalan aromanya kita sudah paranoid, suasana panas dan penuh tanda tanya negatif.

Sore itu, di jalan aku merasa ada kedamaian yang kulihat dan kurasa melihat wajah-wajah dan baju putih mereka yang basah terkena gerimis.

Papasan berlalu, aku setel radio lain. Ada berita: rombongan peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota-kota lain sudah memasuki kota. Ada nama jalan yang mereka lalui.Aku sambungkan semua informasi, ternyata yang aku berpapasan tadi adalah rombongan itu!

Aku tertegun.
Lama aku diam. Otakku serasa terkunci. Analisaku soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan, tak kutemukan apa pun yang sesuai dengan pemikiranku. Apa yang membuat mereka rela melakukan itu semua? Apa kira-kira?

Aku makin sibuk berfikir. Apa menurutku mereka itu berlebihan? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka-muka ikhlas itu. Apa mereka ada tujuan-tujuan politik? Aku rasa tidak, kebanyakan orang sekarang memcapai tujuan bukan dengan cara2 itu.Apakah orang-orang dengan tujuan politik yang gerakkan mereka itu?

Aku hitung-hitung, dari informasi akan ada jutaan peserta aksi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu. Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yg mau ongkosi karena nilainya sangatah besar.

Aku dalam berfikir, dalam mobil, masih dalam gerimis kembali berpapasan dengan kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga. Terlihat di pinggir-pinggir jalan anak-anak sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas, sedikit kue warung ke mereka. Sepertinya itu dari uang jajan mereka yang tak seberapa.

Aku terdiam makin dalam. Ya Allah....kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini? Kenapa hanya hal-hal jelek yang mau aku lihat tentang agamaku? Kenapa dengan cara pandangku soal agamaku?

Aku mampir ke masjid, mau sholat ashar. Aku lihat sendal-sandal jepit lusuh banyak sekali berbaris.

Aku ambil wudhu...
Kembali, di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin yang tercecer, muka mereka lelah sekali. Mereka duduk,ada yang minum, ada yang rebahan, dan lebih banyak yang lagi baca Quran.Hmmm.............

Aku sholat sendiri. Tak lama punggungku dicolek dari belakang, tanda minta aku jadi imam. Aku cium aroma tubuh-tubuh dan baju basah dari belakang.

Aku takbir sujud, ada lagi yang mencolek. Nahh kali ini hatiku yang dicolek, entah kenapa hatiku bergetar sekali. Aku sujud cukup lama, mereka juga diam.Aku bangkit duduk, aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku.

Ya Allah,... Aku tak pantas jadi imam mereka.Aku belum sehebat, setulus dan seteguh mereka. Bagiku agama hanya hal-hal manis. Tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya, in style...bla bla bla.

Walau ada hinaan ke agamaku aku harus tetap elegan, berfikiran terbuka.Kenapa Kau pertemukan mereka dan aku hari ini ya Allah? Kenapa aku Kau jadikan aku imam sholat mereka? Apa yang hendak Kau sampaikan secara pribadi ke aku?

Hanya 3 rakaat aku imami mereka, hatiku luluh ya Allah. Mataku merah menahan haru.

Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu, tapi tetap senyum. Agak malu-malu aku peluk dia. Dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali.Ini bisa jadi dia anakku juga. Apa yang telah kuajarkan anakku soal islam? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini? Gerimis saja aku suruh anakku berteduh, dia demam sedikit aku panik. Aku nangis dalam hati, di baju putihnya ada tulisan nama sekolah:... SMP Ciamis... Kota kecil yang ratusan kilo dari sini. Nampak kakinya bengkak karena berjalan sejak dari rumah.

Lalu anak itu bercerita bapaknya tak bisa ikut karena sakit dan hanya hidup dari membecak. Bapaknya mau bawa becak ke Jakarta bantu nanti kalau ada yang capek, tapi dia larang.

Ya Alloh, aku dipermalukan berulang oleh mereka di masjid ini. Aku sudah tak kuat ya Allah.

Mereka bangkit, ambil tas-tas dan kresek putih dari sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku sendirian di masjid. Rasa-rasanya melihat punggung-punggung putih itu hilang dari pagar masjid aku seperti sudah ditinggal mereka yang menuju syurga.

Dan kali ini aku yang norak. Aku sujud, lalu aku sholat sunat dua rakaat. Air mataku keluar lagi. Kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian.

Sudah jam 5an, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku di sini. Miting dengan klien sepertinya batal. Aku mikir lagi soal ke-Islamanku, soal komitmenku ke Allah. Allah yang telah ciptakan aku, yang memberi ibu bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini. Di mana posisi pembelaanku ke agamaku hari ini? Ada di mana? Imanku sudah aku buat nyasar di mana?

Aku naik ke mobil, aku mikir lagi. Kali ini tanpa rasa curiga, kurasa ada sumbat besar yang telah lepas dalam benakku selama ini.Ada satu kata sederhana sekali tanpa bumbu-bumbu: ikhlas dalam bela agama itu memang nyata ada!

Aku mampir di minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap. Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku habiskan penuh emosional! Ini kebanggaanku yang pertama dalam hidup saat beramal, aku bahagia sekali!

Ya Allah ijinkan aku kembali ke jalan-Mu yang lurus, yang lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati....

Ya Allah ijinkan aku besok ikut Shalat jumat dan berdoa bersama saudara-saudaraku yang sebenarnya. Orang-orang yang sangat ikhlas membela-Mu. Di sana tak ada jarak mereka dengan-Mu ya Allah.Aku juga mau begitu, ada di antara mereka, anak kecil yang basah kuyup hari ini. Tak ada penghargaan dari manusia yang kuharap. Hanya ingin Kau terima sujudku. Mohon Kau terima dengan sangat.

Selasa, 03 Februari 2015

Pelajaran dari bapak penjual kue

Ceritanya habis belanja kain di suatu siang yang terik, saya tiba-tiba tergoda dengan jajanan khas masa kecil saya yg dijajakan disebuah emperan toko. Jadilah saya duduk-duduk menyantap cemilan gurih sembari melihat lalu lalang orang dijalan.

Eh, alhamdulillah dapat satu lagi kisah inspiratif. Bapak penjual jajanan ini ternyata kepala keluarga yang luar biasa. Tentunya beliau hanya satu laki-laki hebat diantara sekian banyak yang lainnya.

Beliau berasal dari pandaan, dibela-belain ke pasar sidoarjo untuk jualan. Jauh ya? Iya..banget untuk ukuran seseorang yang menjajakan dagangannya. Apalagi kalau melihat peralatannya yang lumayan memakan volume untuk ditenteng naik angkutan umum. (Belum bahan makanannya lho ya, yg sangat rawan tumpah di jalan, rawan rugi juga kan berarti?)

Namun, dengan mengacuhkan semua kesulitan-kesulitan itu sang bapak tetap istiqomah menjalankan ikhtiarnya menghidupi keluarga kecilnya selama 20 tahun. Saya sedikit terkejut mendengar pengakuannya.

"Wah...berarti lumayan menghasilkan ya pak, kalau bisa tetap setia dengan menjalani usaha kecil ini selama 20 tahun" tanya saya tertarik. Jika melihat jumlah dagangan yang ia hasilkan seharian, rasanya cukup sulit mempercayai bahwa usaha itu sanggup membiayai hidupnya beserta keluarga selama 20 tahun ini.hmmm...mungkin istri di rumah juga menjalani usaha lain, pikir saya.

"Iya, alhamdulillah...saya sih cuma bisa berusaha semampu saya, namun kok ya bisa buat menghidupi keluarga, buat nyekolahin anak saya, sampe sekarang yang sulung sudah kuliah, yang kedua mssih SMK..." Tutur bapaknya dengan nada bersemangat. "Istri saya larang bekerja mbak, biar saya saja yang usaha cari uang, biar dia yang ngurus anak2 dan rumah".

Semakin tertegun saya mendengar pengakuannya "Mashaa Allah...bahkan sampai bisa kuliah, sdh mau lulus pula, padahal nampaknya sangat gak mungkin ya pak?" Tanya saya sedikit keceplosan.

"Iya mbak, kalo dipikir yo kok bisa terjadi, terlalu ndak mungkin kalau dipikir..." Jawabnya begitu apa adanya.

Hhmmm...sekali lagi saya membuktikan, bahwa Allah memang tak pernah membiarkan begitu saja hambaNya yang berusaha keras menjemput rizki-Nya. Jalani saja, usaha saja, dan berbenah selalulah, biar Allah yang ngurus hasilnya. Gak usah terlalu dipikir. Karena karunia-Nya tak selalu membutuhkan logika, karena rahmatNya kan senantiasa tercurah pada umatNya.

Semoga dengan perjuangan kerasnya menjadikan anak-anaknya orang sukses, kehidupan si bapak setelah ini akan menjadi jauuh lebih baik. Aamiin :)

Sangat salut dengan para ayah, para orang tua yang rela mengorbankan dirinya, bekerja keras demi kesejahteraan anak-anaknya. Gak heran banyak para cendikiawan dan orang sukses berasal dari keluarga sederhana, yang orang tuanya rela berjuang sedemikian rupa demi kesuksesan mereka.
Semoga kita bisa menjadi seperti mereka, jadi teladan yang baik, bagi anak-anak kita.

Sangat salut dengan anda bapak! Cause any fool can be a father, but it takes a real man to be a daddy :)

Minggu, 04 Januari 2015

Karena Menjadi Cantik juga Ujian

Sebelum banyak protes berdatangan, saya pertegas dulu bahwa judul diatas bukan menunjukkan bahwa saya sedang curhat alias ngomongin diri sendiri. Ok?
Iyee...tau gw kagak cantik, gak usah dibahas makanya! (-___-#) Hhhh...!!
Hihihihi...*lol

Pasti pernah dong dalam hidup ini kita berandai-andai. Andai aku kaya pasti bisa hidup enak, andai aku pinter pasti gampang jadi orang sukses, andai aku cantik pasti banyak yang jatuh cinta sama aku, andai...andai...dan andai. Manusia sering berandai-andai, menginginkan hal lebih dari kondisinya. Dalam benak kita, kita percaya bahwa jika kondisi-kondisi yang kita andaikan itu terjadi, pastilah hidup kita akan lebih baik, lebih bahagia meskipun sebenarnya banyak pula ternyata yang kaya tak se-enak itu hidupnya, yang pinter tak semudah itu jadi suksesnya, yang cantik pun tak selalu dicinta.

*widiiih....jaman gini, siapa sih yang gak suka cewek cantik? Ya iya sih... Siapa juga yang gak suka yang cantik-cantik atau yang ganteng-ganteng??
Tuh kaan! Ujung-ujungnya tetep appearance is important.

Heh..okelah, untuk kasus yang terakhir ini saya punya sebuah cerita yang menginspirasi saya. Semoga juga teman-teman semua. Sso, begini ceritanya.....

Pertama kali bertemu dengannya, tak perlu waktu lama bagi saya untuk menyadari bahwa dia (bukan diah, i know it guys...hiks) akan menjadi gadis populer. Kulit putih dipadu dengan rambut hitam lurusnya yang indah nampak begitu mempesona dengan garis muka tegas nan imutnya. Membuatnya nampak seperti boneka.

Dia menyapa ramah saya yang masih termangu mengagumi paras ayunya. 'Duh, orang cantik kalau senyum manis gini bikin klepek-klepek', batin saya. Tak lama setelah itu akhirnya kami menjadi sahabat dekat. Saya nyaman bersamanya bukan hanya karena cantiknya, namun dia ternyata juga seorang yang baik hati, periang, daaaan pintar!! 'OMG...perfect banget nih anak ya', gumam saya lagi.

Iri? Hehe...jelas! Siapa sih yang gak mau sepinter dia? Siapa juga yang gak pingin jadi sosok yang wonderful but low profile kayak dia? Dan tentu...siapa sih yang gak pingin cantik kayak dia?manusiawi lah...manusiawi. Asal tidak menimbulkan dengki ya kan? Hehe.
Tanpa sadar dulu saya sering berandai-andai jadi dirinya. Sehingga saya sering merasa gak puas dengan diri sendiri *astagfirullah....udah enggak kok ya Allah...i love myself so much sekarang pokoknya,sampe narsis jadinya. #lah? Sama buruknya (-__-")

Jadi pernah dulu, saat masih alay, saya dan beberapa rekan partner in crime sempat ngefans dengan seorang kakak kelas. Kalau ketemu sama nih kakak kelas udah semacem ketemu artis ibu kota aja, histeris dalam diam, curi-curi pandang, pas doinya udah lewas kami hebring-hebring gak jelas (untung gak pake acara minta tanda tangan #tepokJidat).
Meanwhile si kakak kelas hanya berlalu begitu saja without noticing our existences. Ya begitulah..para hidden fans, terlalu jaim mengaku ngefans, meski sejujurnya ngefans  (alay kan? Emang. Kedewasaan kadang berawal dr sebuah ke-alay-an dimasa lalu yang tersalurkan dengan baik, ngeles...buat nutupin kenyataan) hehehe, lanjuut!

Lalu, suatu ketika saya menjumpai si cantik teman saya sedang mengobrol dengan si kakak kelas idola kami itu. Dan...mereka nampak cukup akrab. Hmmm....jealous? Nggak lah! Apaan banget. Saya kan bukan fans fanatic! Hanya...kepo jadinya dengan mereka.hehe ada apakah sesungguhnya diantara mereka? Emejing beud teman saya bisa akrab sama tuh mas-mas (biasa aja sih sebenernya). Usut punya usut hingga benangnya kusut, ternyata my pretty friend kenal sama si mas-mas itu lewat facebook karena si masnya nge-add duluan. Karena suatu urusan. Woow...pada saat itulah saya menyadari sodara-sodara perbedaan dunia kami, para cewek hidden fans dengan tipikal pretty girls macam teman saya. ahaha... Wajah cantik bisa membuat kita meloncati fase "hidden fans" langsung menuju "target searcher". Bukan ngefans diam-diam, tapi diam-diam banyak yang ngefans alias naksir.
Dan yang baru saya sadari juga, my pretty friend pun dikenal pula oleh popular guys yang lain.hm..hm...hm..

Girls, you guys must be envy, rights? Ngaku deh..kalau ada di posisi saya. Apalagi kalau kalian alaynya kayak saya. Hah! Jangan memungkiri...hehe.tapi tenang, saya gak sedang mengajak kalian untuk bersama meratapi nasib. Karena seperti yang saya sampaikan diawal, gak semua akan jadi lebih baik jika semua kemauan kita terwujud.

Ternyata benar guys, Allah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan posisi dan kadar yang paling tepat. Bisa jadi kita diberi kemampuan otak yang 'pas-pasan' karena jika kita memiliki otak encer kita akan menjadi pemalas yang suka seenaknya atau bahkan jadi pribadi yang so to-the ngong alias songong. Mungkin dengan otak pas-pasan itu Allah ingin menumbuhkan jiwa yang kuat dan sikap pekerja keras dalam diri kita. Dengan terbiasa belajar lebih tekun dan lama dibandingkan teman-teman yang pintar, Allah ingin melatih mental dan tekat kita agar terbiasa menghadapi tantangan. Pun dengan kekayaan, mungkin jika saat itu kita tidak diberi harta yang berlimpah itu karena kita belum siap untuk menjadi pribadi yang bijak dalam menggunakannya, belum cukup dermawan untuk bisa memaknai tiap jerih payah hingga bisa menyadari betapa wajibnya membagi rizki yang dipunya dengan mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Sehingga harta itu diamanahkan pada mereka yang lebih bijak dan dermawan (meskipun gak semua, tapi tetep positif thinking ya?^^)

Begitu juga masalah kecantikan ini. Seandainya saya yang punya kecantikan dan kepintaran itu, akankah saya bisa bersikap se-humble dan se-low profile dia? Hmm..bisa jadi kecantikan itu malah lebih banyak mendatangkan keburukan daripada kebaikan bagi saya. Ya kan? Kalau saya malah jadi cewek sombong dan belagu, gimana dong? Hhh....astagfirullah...maafin baim,eh diah ya Allah..

Dan emang bener, Allah memberikan segala sesuatu sesuai takarannya. Back to the story ya. Suatu ketika, saat kami lagi curhat-curhatan, saya menyadari bahwa menjadi cantik juga suatu ujian. Ia bercerita, begitu banyak cowok yang mendekatinya, namun akhirnya sulit mencari yang memiliki niatan tulus dan lurus padanya. Kebanyakan dari mereka hanya memiliki ketertarikan karena wajah cantiknya. Disaat sudah percaya pada ucapan salah satu diantaranya, ternyata terkuak bahwa itu tipuan belaka. (Pengen nampar rasanya ama cowok2 model gini! Huhhh!!) Sakitnya tuh disini...didalam hatiku *malah nyanyi (-___-  ")
Belum lagi kebencian nyata yang ditunjukkan oleh para gadis yang merasa my pretty friend udah merebut dan menggoda pacar atau gebetannya. Hhhh...capedeh...macem sinetron indonesia aje daah... Eh, tapi ini beneran lho. Saya jadi kasian dengan teman saya. Yang kadang kena fitnah. Yang awalnya cuma karena saling menyapa dan bertukar senyum dengan seorang cowok, ceritanya bisa berkembang jadi main mata atau kegenitan dengan cowok itu. *ngelus dada.

Again, this question comes to me "kalau saya jadi dia, bisa gak saya sekuat dan sesabar itu menghadapi itu semua?"
Saya yang cuek dan menyukai kedamaian ini, jika diharuskan menghadapi situasi yang penuh kerumitan dan perasaan itu. Hhh....mungkin saya bakalan ngurung diri terus dikamar meratapi nasib. Hehe. Saya jadi bersyukur banget jadi diri saya sendiri. Syukur syukur kalau orang ketemu saya bisa tersenyum bahagia, gak malah menghindar karena ogah. Dan hal itu gak tergantung pada fisik kita kan? ;)

So at that time, i realise that being pretty is also a test for us. Actually every condition is a test. Jadi miskin itu cobaan keikhlasan, tapi jadi kaya pun juga cobaan kesyukuran. Jadi jelek itu cobaan kesyukuran, jadi cantik itu cobaan kesabaran. Bisa di balik-balik juga kondisi diatas. Percayalah bahwa Allah menempatkan kita pada posisi terbaik untuk kita. Kita tidak akan bisa mengukur besar kaki kita dengan sepatu orang lain, tidak akan pernah merasa pas dan puas. Karena aku bukan dia, dan dia bukan kamu so, berhenti membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Life your own life. Be grateful, and you will found happiness.

Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa
-D'massive : jangan menyerah-

Kamis, 17 April 2014

Banyuwangi

Sebenarnya udah lama mau ngupload, tapi baru sempat sekarang, hehe. jadi saudara-saudara, ini kali kedua saya berkesempatan mengunjungi Banyuwangi, dan dua-duanya dalam rangka kondangan ke nikahan kakak kelas. namun yang membuat perjalanan  kali ini berbeda adalah karena saya menginap di rumah sahabat sekaligus temen seperjuangan saya di LKI dulu. ukhtina isna Afifaya (itung-itung sekaligus silaturahim).
Duh, kalau diingat-ingat, kami sangat berterima kasih sekali dengan Isna dan kedua orang tuanya, karena kami dilayani seperti anak sendiri.diajak jalan-jalan pula. tak hanya itu saudara-saudara, waktu akan pulang, kitapun dibekali oleh-oleh, jadi kami gak perlu repot nyari buah tangan buat para penghuni kontrakan. duuh, berasa pulang kampung beneran pokoknya,tapi pulang ke kampung orang,haha.
Baiklah, karena tak lengkap rasanya jika cerita ini tak disertakan gambar-gambar hasil jepretan amatiran saya, maka ini dia gambar-gambarnya :D (mohon maaf karna sedikit,maklum, fotonya tersebar di berbagai kamera & belum sempat dikumpulkan semua) (-__-) 





Kamis, 13 Maret 2014

Paralayang

            Hari ini, seperti hari hari yang lain, keluarga An-Nahl membuka pagi dengan sholat subuh berjamaah, matsurat pagi bersama dan taujih. hingga sebuah ketukan pintu rumah membuyarkan aktivitas kami.                     

         "assalamu'alaykum...." terdengar sebuah suara. Sejurus kemudian sesosok cewek berjilbab biru mengenakan  jaket biru dongker bertas ransel lengkap dengan helm merah telah memasuki rumah kami. setelah salam yang diucapkannya di awal, ia tidak mengucapkan satupun lagi kata. Ia diam dan matanya memandangi satu per satu wajah kami yang terbengong-bengong.
          
Matanya kemudian menangkap wajah saya. tanpa berkata-kata ia cuma mengangguk. membuat saya semakin bingung. Bukan karena saya tidak mengenal sosok tersebut yang tanpa kabar berita langsung mendatangi rumah kami ba'da subuh. Saya mengenalnya, kenal dekat malah.
          
             "Eh ukht, numpang ngecash hp dong" katanya kemudian dengan gestur mencari cari colokan listrik plus charger hp.
                 Kami masih terdiam di posisi yang sama. Tasia, si bungsu dikontrakan menoleh bertanya "mbak diah udah janjian?" wajahnya bingung. dan saya yang ditatap tetep bengong dan perlahan menggeleng. Setelah mencash hpnya sosok itu kembali menatap saya. 
                 
                "ayo ukht, berangkat" katanya, semakin gak jelas.
                  
                 "kemana?" ucap saya akhirnya. 
             
             "bawa kamera ya, antum punya kamera gak?" katanya lagi, mengacuhkan pertanyaan saya barusan.
              Saya diam berusaha mencerna situasi, tapi tetap gagal paham. "anti ngapain kesini subuh-subuh gini?" tanya saya.
              Ia tersenyum, oh bukan! nyengir lebih tepatnya. "hehe, ayo ke paralayang..." katanya tanpa beban.
             "Perasaan gak ada janjian deh" protes saya.
            
             "hapeku mati ukht...ayo cepet." katanya lagi tanpa rasa berdosa.
             
             Saya pingin protes lebih banyak lagi, namun urung. Yaudahlah asik juga kayaknya kesana, pikir saya. Semenjak kami berdua berteman dekat, Elivi (oh iya, saya lupa mengenalkan namanya. namanya Elivi salah satu sahabat terunik saya) selalu meng-iming-iming saya tentang paralayang.
     
             "pemandangannya ukh... buuaagus bangeeeet, antum harus ngerasain sensasinya saat awan berjalan melewati antum. udaranya dingin.......kalau tilawah disana...puiiih,, 2 juz pun habis, gak kerasa" katanya bersemangat.

            "gak usah cerita kalau gak mau ngajakin kesana!" timpal saya jutek. maklum, saya sudah terlalu sering mendengar cerita tentang paralayang darinya. Sekali dua kali, masih mendengarkan dengan seksama, lama-lama, mulai melengos dan berlalu. haha

             "Kenapa sih pi, tiba-tiba gini ngajakin ke paralayang?" tanya saya di jalan.

             "karena aku liat tadi langitnya cerah ukht" jawabnya singkat.

             "lah terus?" tanya saya tidak mengerti.

             "ya jadi kayaknya enak aja duduk-duduk disana" jawabnya. 
            
             Saya terdiam, tidak berminat melanjutkan percakapan. Teman saya yang satu ini memang begitu, sering tidak terduga. orangnya lucu sekali. meskipun yang lebih sering ngelawak adalah saya, tapi Elivi dengan 'ketidak terdugaan'nya itu selalu membuat saya speechless kemudian ngakak sendiri. Kalau ngelihat saya ngakak karena sikapnya, dia selalu bingung.

           "kenapa sih ukht, ketawa ketawa gak jelas" tanyanya bingung..

           "hahaha...pi...pi...anti emang sesuatu banget" jawab saya sambil tetap tertawa memegangi perut.

Begitulah, mungkin karena itu kami cocok. saya suka ngebanyol dan ngisengin dia, dia suka mengejutkan saya dengan 'ketidakterdugaannya'. terbukti. biar kenal sebentar, kami langsung akrab. kemana-mana seringnya barengan (sebenarnya karena sayanya yang suka nebeng motornya sih, hihi).

Pernah ketika datang ke suatu kajian, saya (lagi-lagi) nebeng motornya. ketika sampai di pengajian, rupanya ada sepasang pengantin baru hadir, dan sang Ustadz, langsung menyalami "ahlan wa sahlan pengantin baru.." sapa beliau sambil tersenyum. yang disapa cuma tersipu. melihat itu Elivi berbisik kepada saya

            "tuh ukht, datang kajian tuh bareng suami, ana bosen datang kajiannya bareng ama anti mulu" katanya.

                "eh..eh...jangan salah, gini gini nih temen bisa jadi saksi di akhirat nanti, kalau anti pernah dateng ke kajian. siapa tahu aje, gara-gara kesaksian ana, anti bisa dimasukin ke surga" jawab saya meng-copy-paste ucapan ustadz di depan. dan kamipun kembali tertawa.

Begitulah, akhirnya kami sampai di paralayang dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. eh, ada ding!. kami lupa bawa bekal makanan, akhirnya kami cari-cari toko kelontong terdekat untuk mencari snack sekedar pengganjal perut. dan Elivi yang beliin, karena saya lupa bawa dompet. hihi (malu-maluin). Dan here's some pictures of paralayang yang selalu dibangga-banggakan Elivi :







             






Minggu, 23 Februari 2014

Program Keliling Mall


Sedikit berbagi, kisah di sekitar penghujung tahun 2013

Kala itu, hari pengerjaan tugas take home UAS B.Inggris, yang juga ada sidang MUM, dan waktunya nge-liqoi juga (Ah, memang padat !) Tak apa because life is never flat ^_^

Sambil menunggu kawand yang masih di sidang MUM, sambil buat sript writ video take home B.Inggris, dan sambi sambi lainnya, hahaha @mushola tercinta [Al-Fatih FKH-UB]

Hingga jelang dzuhur, dan agenda ketiga masih belum beresss, karena ada sesuatu hal dan akhirnya kami putuskan migrasi ke mushola tetangga sebelah (baca: AlHadiid FT-UB)

Di sanalah, kubertemu dg sosok ibu yg hmm… luar biasa, sepertinya 1001 orang yg bisa seperti beliau ^_^ *maaf kalau sedikit lebay

Kuberesskan agenda ketiga di mushola yg juga jadi tempat kongkow2 anak2 FT, melingkar bersama adik2, menyenangkan memang :D hingga di pertengahan agenda, ada seorang ibu dan 3 puteri kecilnya memasuki mushola, wudhu, dan kemudian sholat (krn mmg sudah waktunya dzuhur)

Setelah sholat, mereka ber-gadget ria, bukan.. bukan untuk main game,..si bungsu yang bergadget sambil tidur di pangkuan sang ibu, dan si sulung yg duduk dekat denganku, sedikit kuintip gadget si sulung, (masyaAlloh, ternyata sedang buka aplikasi Al-Qur’an dan dg sayup-sayup ia baca ayat demi ayat) :’)

Sembari menunataskan lingkaranku dg adik2, ku ingin sekali rasanya mengetahui lebih dalam kisah ibu dan puteri2 sholihahnya ini ^_^

Dan Alhamdulillah, selesai juga agenda nge-liqoi… daan melihat agendaku telah selesai, dg hati-hati sang ibu bertanya padaku “Maaf mbak, kalau di sini yang bagian nyuci2 mukenah siapa ya?” dengan sedikit kikuk kujelaskan pada sang ibu “Maaf bu, kebetulan saya bukan dari FT, tapi dari fakultas sebelah, Kedokteran Hewan, kebetulan sdg main saja kesini, insyaAlloh dari teman2 Rohis FT Al-Hadiid bu yang bertanggung jawab mencucikan mukenah2 di sini”

Lantas sang ibu bercerita, kalau beliau adalah isteri dari dosen FT, tepatnya dosen Arsitektur, dan ternyata beliau juga alumni FT kawan-kawan, tepatnya teknik Elektro :D #Mantapks.. Perempuan -> Elektro? Wiw Bingits :D Hehehe tapi di sini bukan romansa cinta mahasiswa Teknik yang akan saya bahas, sama sekali bukan, bukan kawan-kawan :D hehehe

Kemudian sang ibu bertanya tentang agenda-agenda kemuslimahan di Univ.Brawijaya, saya jelaskan sebisanya, hingga pembahasan kembali pada masalah mukenah, sang ibu bercerita, kalau sedang memiliki program kecil-kecilan (Ah, tapi menurut saya program yang sedang ibuny garap adalah program besar nan bermanfaat) jadi sang ibu ini senantiasa mencucikan mukenah yang ada di Mall-Mall (beliau prihatin dengan kondisinya) kurang lebih begini penuturannya “Iya mbak, saya kadang prihatin dengan mukenah yang di mall-mall, jadi ndak nyaman juga dipakai buat sholat.. bukan sekedar (maaf, bau) tapi juga kesuciannya belum tentu terjamin juga” mulai penasaran, ku bertanya-tanya tentang program yang ibu tsb buat, “untuk teknisnya seperti apa bu?” “jadi saya bawa untuk dicuci, kemudian saya tinggal beberapa mukena untuk dipakai sampai mukena yang dicuci bisa saya kembalikan” “masyaAlloh ;’)” Berdecak kagum kawand !!! Jarang sekali saat ini ada orang yg peduli akan hal sederhana seperti itu, tak diketahui amalnya oleh org lain cukup sang ibu, keluarga, dan Alloh saja :’) dari satu mall ke mall yang lain :’)

dan tadi diajak suami mbak, “ayo ke kampus mah, rasanya ada juga itu di mushola Teknik” begitu sang ibu menirukan gaya bicara suaminya, “jadi tadi saya dan anak-anak mampir kesini mbak sekalian sholat dzuhur” Terfikir kenapa ndak saya beri no.kaput (ketua keputrian) Al-Hadiid, akhirnya saya beri no. mbak Andina (hanya beda satu huruf dengan nama saya) kepada sang Ibu… hihi, memberanikan diri, mencoba menanyakan kalau untuk luar FT bagaimana bu? Saya bertanya untuk mukena Si Lebah ^_^ Alhamdulillah, boleh kata sang Ibu, akhirnya tukar menukar nomor pun dilakukan :’)

Setelah topik mukenah, kembali pada topik bebas :D Saya tanyakan puteri-puterinya mau kuliah di jurusan apa nantinya, hehe… ujar sang ibu, “ndak usah di teknik yaa nak, cukup mamah sama papah aja yang di teknik ^_^” weleh-weleh bu…

Akhirnya pak dosen menjemput sang isteri dan puteri-puterinya, obrolan dicukupkan sementara sampai waktu yang tak ditentukan, sang ibu dan puteri2nya berpamitan, ahh, keluarga harmonis, isteri sholihah, program yang luar biasa, puteri-puteri sholihah :D Biarpun terkesan modern, kecil2 sudah menggunakan gadged dsb, setiap hari berkeliling dari satu mall ke mall yang lain, tapi tetap Ilallah :’) menggunakan gadged untuk bertilawah, berkeliling mall ternyata untuk mencucikan mukenah yang ada di mall tersebut, MasyaAlloh :’) terimakasih Robbi, hari itu telah Engkau pertemukan aku dengan sosoknya, lagi-lagi.. terhencak kagum, amalan sederhana namun begitu bermanfaat :’) Bukankah sabda kekasih-Nya “Sebaik-baik insan adalah insan yg bermanfaat?”, karena kita tak pernah tahu, amalan apa yang kan membawa kita menuju JannahNya :’) Tak ada yang pernah tau kawand, tugas kita hanya berusaha dan terus berusaha, beramal sebanyak dan sebaiik mungkin ^_^
                “Ya Rabb, jadikanlah kami sebaik-baik insan ya Alloh… insan yang dapat bermanfaat sebaik-baiknya” aamiin

Di akhir sesi lingkaranku bersama adik-adik, “dek, tak ada skenario-Nya yang tak mengandung hikmah, tak ada dek… seperti hari ini, biarpun hari ini kita harus sedikit berjalan dan liqo di mushola tetangga, tapi hari ini Alloh mentarbiyah kita dari sosok sang Ibu” Ibu Rahayu nama beliau, cantik :’) seperti mbak Pipik Dian Irawati, isteri alm. Ustadz Jefri, hehe…

#Mencoba, kurang lebih satu minggu setelah perjumpaan aku dengan sang ibu, hari itu janjian dengan beliau untuk membantu mencucikan mukenah Si Lebah, karena sang ibu masih ada urusan di kantor, akhirnya mukenah diambil oleh suami beliau dan puteri-puterinya, ada yg unik waktu itu “ini saja mbak? saya kira banyak” kata pak dosen.. “nggih pak” waah, dalam hatiku, sepertinya satu bag plastic itu sudah banyak deh, hehe … dan setelah selesai dicucikan Ibu Rahayu kembali menghubungi saya, bahwa mukenah sudah ‘jadi’ dan kembali beliau antarkan sendiri mukenah-mukenah Si Lebah dengan roda empatnya :D

Kini sudah session 2 Si Lebah menggunakan program ibu Rahayu :’) sukses full barokah yah ibu untuk programnya :D

Maaf baru posting, baru teringat lagi ketika Si Lebah sudah session 2, xixi

Semoga menginspirasi kita untuk kian terus bermanfaat :’) Aamiin

-cerita ini diambil dari notes dek Andita A. Aryoko yang dirahmati Allah-