Mushalla NurusSyifa adalah mushalla yang ada di fakultas saya. bangunannya menjadi satu dengan Grima atau griya Mahasiswa, tempat semua sekertariat Organisasi,lembaga dan himpunan berada. termasuk LKI. bangunan ini berlantai 2. lantai 1 difungsikan untuk grima, sedang lantai 2 untuk mushalla.
Nah, karena bangunannya menyatu inilah akhirnya para pengurus LKI lebih sering 'nongkrong' di Mushalla, dilantai dua. "lebih adem soalnya" komentar beberapa ikhwah. 'adem' dalam arti kiasan dan dalam arti yang sesungguhnya,hehe.
karena memang yang bikin 'adem' gak hanya suasananya, tapi juga orang-orang yang sering 'nongkrong' disana #narsisme. tapi emang gitu lho, kata banyak responden. entah itu termasuk saya atau enggak, hihi.
Tapi sebenernya, ada poin plus dan minusnya kondisi ini. poin plusnya adalah, mempererat ukhuwah para pengurus LKI karena sering berkumpul di Mushalla, mempererat kecintaan pada masjid dan turut andil dalam menghidupkan mushalla.
pengurus LKI jadi lebih gak update tentang info atau isu terkini yang mungkin udah heboh diperbincangkan para pengurus lembaga lain, dan pastinya sekertariat LKI jadi sedikit 'terbengkalai', karena syuro atau rapat lebih sering dilakukan di 'grima lantai 2'.
Begitulah cerita LKI dan NurusSyifa. bagi saya sendiri, LKI dan NurusSyifa adalah sebuah kenangan tentang cinta (mellow lagi dah...).
LKI adalah lembaga tempat saya dibina dan Nurussyifa adalah ruang pembinaannya. nurusSyifa, tempat dimana selalu bisa saya temukan saudari-saudari tercinta, mulai dari dipanggil 'dek..' hingga semua memanggil 'mbak.', mulai dari menjadi adik kelas manja yang dibina kakaknya, hingga jadi kakak yang membina adik-adiknya. yah, nurusSyifa memang sebuah kenangan tentang ukhuwah, dan dakwah.
Melihat nurussyifa rasanya sedikit bernostalgia dengan proses perjalanan saya, dan ikhwah lain tentunya. nurussyifa pasti juga memiliki kesan tersendiri bagi mereka.
tapi, ada dan tidak adanya nurussyifa, LKI harus tetap melangkah, dakwah harus tetap jalan. karena lahan dakwah bukan di nurussyifa saja. iya kan? LKI dan nurussyifa, sebuah kenangan tentang dakwah dan ukhuwah.
Terima kasih untuk setiap tempaan yang membuat ku terus melangkah,
terimakasih untuk ilmu dan pengalaman yang ku dapatkan.
Terimakasih untuk cinta dan persaudaraan terindah yang pernah kurasakan.
Meski keimanan masihlah compang camping, namun,, tanpa izin Allah untuk bergabung dengan LKI,
entah seperti apa jadinya, Diah ayu kusumaningtyas saat ini.
Terus berjuang LKI, merancang peradaban madani,
menyeru pada yang ma’ruf, mencegah pada yang mungkar untuk FKUB Islami dan berprestasi"
(diah, 2011 @smile LKI)
Hidup menyajikan banyak pilihan, setiap kita memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan.
Tapi,,, setiap pilihan akan dimintai pertanggung jawaban kelak.
Lantas jalan apa yg kemudian harus kita pilih?
Dakwah ini berkata:
Ahlan wa sahlan dalam jalan cinta para pejuang !
memetik cinta dari langit dan menebarkannya ke bumi.
Dudukmu dalam mengikuti rapat dan koordinasi, Untuk Allah.
Suaramu saat engkau menyempaikan pendapat dan pandangan, untuk Allah.
Mengawali dan mengakhiri rapat dalam semua pertemuanmu, untuk Allah.
Program kerja yang engkau tunaikan, Untuk Allah.
Berlelah-lelahmu, untuk Allah.
Berpagi-pagimu, untuk Allah.
Bermalam-malammu, untuk Allah.
Engkau hanya perlu menyadari bahwa kemuliaan itu hanya milik Allah.
Bukan jabatan, posisi, kedudukan, harta, dan materi dunia.
Engkau hanya perlu memupuk dan menguatkan kecintaan kepada Allah,
karena... Pada sisi Allah terdapat segala kekuatan dan kesempurnaan
Tidak ada orang terhina selama dia mendekat kepada Allah
Tidak ada orang mulia dalam menjauhi Allah
Maka, resapilah setiap hari setiap saat
betapa nikmat berada di jalan dakwah ini karena,
Proposalmu adalah kepada Allah, bukan kepada manusia.
Proposalmu adalah kerja di JalanNya, bukan posisi di dunia.
Maka mari kita nikmati jalan dakwah ini “sebagai apapun” aku “tidak sebagai apapun”
posisi dalam dakwah ini datang dan pergi.
Bisa datang, bisa pergi, bisa kembali lagi,
bisa pula tidak pernah kembali.
Bisa “iya” bisa “tidak”
Iya, menjadi pengurus, pemimpin, pejabat dan semacam itu.
Atau tidak menjadi pengurus, pemimpin, pejabat, tidak menjadi apapun yang bisa disebut.
“Selamat Menempuh Jalan Dakwah yg Begitu Nikmat Setiap Waktu Setia saat”
-Cahyadi Takariawan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar